Demi membantu suami menafkahi keluarga, Sutinah (43), ibu tangguh asal Pondok Aren ini rela menekuni berbagai macam profesi, mulai dari menjadi kuli cuci dan menggosok pakaian, pekerja rumah tangga, dan membuka warung jajanan dan minuman kecil-kecilan. Dari kerja kerasnya tersebut, Sutinah mengaku bisa membantu suami mencukupi kebutuhan keluarga seperti memberi uang saku untuk anak, kebutuhan makan sehari-hari dan mengembangkan usaha warungnya.
“Alhamdulillah, walau nggak seberapa penghasilannya bisa bantu-bantu suami cukupin kebutuhan keluarga,” ujar ibu dua orang anak ini.
Tinah, demikian sapaan akrabnya sehari-hari ini menuturkan, Mamat (46) sang suami sehari-hari hanya berprofesi sebagai tukang ojek. Penghasilan yang dihasilkan sang suami tidaklah menentu dan dirasa belum mencukupi kebutuhan keluarga. Biaya pendidikan dan kebutuhan makan sehari-hari menjadi prioritas utama yang harus terpenuhi bagi Tinah dan keluarga.
“Padahal suami juga udah serabutan kerja di bengkel tetangga. Tapi karena biaya sekolah anak saya yang SMK agak mahal jadi belum mencukupi,” ungkap Tinah bercerita.
Dengan modal nekat, akhirnya Tinah memutuskan untuk menjadi kuli cuci, menggosok pakaian dan pekerja rumah tangga di sebuah komplek perumahan di dekat tempat tinggalnya. Per bulannya, ia diupahi sebesar Rp 700.000. Upahnya dari menjadi pekerja rumah tangga digunakan Tinah untuk membiayai sekolah kedua anaknya yang masih duduk dibangku SMK dan SD.
“Upah nyuci dan gosok udah buat bayar sekolah anak. Saya kepikiran buat buka warung jajan dan minuman kecil-kecilan untuk mencukupi kebutuhan lainnya seperti makan dan modal usaha nantinya. Tapi waktu itu sebelum buka warung bener-bener bingung karena nggak punya modal,” paparnya.
Tekad Tinah untuk membuka warung jajanan dan minuman di rumahnya yang sederhana sudahlah bulat. Beruntung, di saat ia membutuhkan modal usaha, tetangganya yang juga memiliki usaha warung memberikan solusi kepada Tinah agar bergabung dengan Social Trust Fund (STF) Tangsel, salah satu program ekonomi yang dijalankan Dompet Dhuafa.
Program STF sendiri dikembangkan untuk memainkan fungsi bank orang miskin. Transaksi dominan yang dikembangkan adalah berbasis kepada akad dana kebajikan (Qardhul Hasan). Sumber dananya berasal dari zakat, infak, sedekah, dana Corporate Social Responsibility (CSR) serta dana sosial lainnya. Dengan demikian, para dhuafa yang memerlukan bantuan dapat segera dibantu dan diberdayakan, agar mereka para dhuafa kembali tersenyum dan meraih mimpi, seperti halnya yang dirasakan Tinah beserta ratusan pemetik manfaat lainnya dari program ini.
“Alhamdulillah, saya gabung sama STF udah dari tahun 2014, udah agak lama. Dulu pinjaman modal yang saya terima sebesar Rp 1.250.000 buat buka warung jajanan sama minuman. Alhamdulillah setelah rutin mengembalikan pinjaman, warung juga lumayan ramai, anak-anak suka pada jajan di warung saya,” ucapnya bersyukur.
Berjalan 6 tahun sudah program Social Trust Fund (STF) Dompet Dhuafa unit Tangerang Selatan dimandirikan. Seiring berkembangnya program STF yang dijalankan tersebut, semakin banyak pula para penerima manfaat yang bergabung.Tercatat, sebanyak 490 penerima manfaat berdaya bersama program STF Dompet Dhuafa.
Kebanyakan penerima manfaat menggunaan pinjaman yang diberikan STF untuk kegiatan usaha mikro seperti konveksi kecil, jual sembako, atau makanan. Sejak 2012 pencapaian target keberhasilan penerima manfaat hingga bisa mandiri dan berkembang tercapai sekitar 60%. Minimnya pencapaian tersebut karena penggunaan modal belum maksimal.
Saat ini STF sedang mengembangkan koperasi dengan produk syariah. Oleh karena itu untuk kedepannya, pihak STF ingin agar koperasi mereka bisa berkembang. (Dompet Dhuafa/Uyang)