Bantuan untuk Si Malang Penggali Kubur

JAKARTA -– Kondisinya terlihat payah, hanya bisa terbaring lemah di atas kasurnya. Sejak divonis mengidap stroke total dua bulan lalu. Ajun yang sehari-harinya berprofesi menjadi tukang penggali kubur terpaksa mandeg dari aktivitasnya. Kehidupan ekonomi keluarganya pun semakin memburuk ketika sang istri, Wati, yang juga harus puas menelan kenyataan bahwa dirinya mengidap penyakit empedu. Enam bulan berjuang dengan penyakitnya, memaksa Wati untuk meninggalkan aktivitas ekonominya. Kini keluarga malang itu harus terkatung-katung dan berusaha mencari celah agar dapat bertahan hidup.

Sungguh nelangsa hidup keluarga ini, Wati mengaku sudah tidak melakukan aktivitas untuk menyambung perekonomian keluarga sejak enam bulan terakhir. Pekerjaan sebagai buruh cuci dan berjualan kecil-kecilan terpaksa ia tinggalkan. Lantaran penyakit empedu yang dideritanya tak juga kunjung sembuh. Ditambah ketika sang suami, Ajun, juga mengalami lumpuh total akibat stroke, semakin membuat perekonomian keluarganya carut marut.

“Sekarang suami saya menderita stroke udah dua bulan ini. Jangankan bangun, bergerak pun sudah tak bisa,” ungkap Wati, menceritakan kondisi keluarganya yang diikuti dengan isakan tangis. Ia juga menuturkan bahwa pendapatan keluarganya hanya sebesar Rp. 50 ribu sekali menggali kubur dan dapat diperoleh apabila ada orang yang meninggal saja. Demi membantu perekonomian keluarga, Wati akhirnya memberanikan diri untuk mengajukan pinjaman modal ke kantor Baitul Maal. Namun, ia mengaku sudah beberapa bulan menunggak angsuran lantaran tidak sepeser pun pemasukan yang masuk di catatan kas keluarganya.

“Kalau penghasilan suami cuma Rp. 50 ribu sekali menggali kubur, jadi ya tidak cukup untuk kebutuhan sehari-hari. Akhirnya saya inisiatif untuk meminjam modal ke Baitul Maal, dan sudah beberapa bulan ini menunggak angsuran karena saya juga ikut sakit, jadi nggak bisa jualan atau nyuci baju. Sakitnya nggak sembuh-sembuh, karena nggak punya uang untuk berobat,” ungkapnya sambil menahan air mata.

Uluran bantuan dari para muzakki dermawan lah yang saat ini dinantikan oleh keluarga Wati dan Ajun. Betapa tidak, hidupnya sekarang sangat jauh dari kata layak. Jangankan untuk mengobati penyakitnya, untuk makan saja mereka harus berpikir keras agar esoknya dapat kembali bertahan hidup. Tidak memiliki pekerjaan tetap, kondisi kesehatannya pun berada pada level bawah. Lengkap sudah penderitaan keluarga ini. Berkaca pada semangat Zakatnesia, mari ulurkan bantuan Anda. Seberapapun akan sangat bermanfaat untuk kehidupan keluarga malang ini. (Dompet Dhuafa/Ira)