JAKARTA SELATAN — Mulyadi dan Yahya, Tim Badan Pemulasaran Jenazah (BARZAH) Dompet Dhuafa, yang bertugas hari itu, Rabu (28/8/2019), mendapat panggilan telephone dari salah satu warga Simprug, Kebayoran Lama. Dering telephone mengabarkan berita duka dan meminta bantuan armada mobil jenazah sekitar pukul 09.50 WIB.
Kali ini, almarhumah adalah Jini (76), seorang janda tua tanpa anak seorang pun. Suaminya telah meninggal 3 tahun lalu. Jini hidup di Jakarta sebatangkara pada rumah yang sangat kecil di Jalan Simprug RT 08/RW 08, Kelurahan Grogol Selatan, Kecamatan Kebayoran Lama, Jakarta Selatan.
“Info warga, pada Selasa (27/8/2019) malam, ibu Jini masih terlihat sehat. Namun Rabu pagi sekitar pukul 06.00 WIB, warga mengetahui ia terjatuh di dalam rumahnya dan saat itu juga ibu Jini meninggal dunia,” lanjut Ustad Madroi, Manager BARZAH Dompet Dhuafa.
Warga sekitar bingung untuk menangani jenazah almarhumah. Kemudian beberapa tetangga berinisiatif mengabarkan kepada keluarganya yang berada di Boyolali, Jawa Tengah. Kemudian pihak keluarga memutuskan meminta jenazah di bawa ke kampung halaman.
Namun kendala biaya untuk pengantaran mobil jenazah ke Boyolali yang tidak sedikit. Diperlukan Rp 7.500.000,- untuk biaya mobil jenazah dari Rumah Sakit. Menurut tetangga almarhumah, jenazah adalah keluarga tidak mampu dari sisi ekonomi, warga tidak dapat mengumpulkan uang sebanyak itu.
“Kami merespon warga dan langsung siapkan Tim Barzah dan armada ambulance gratis Dompet Dhuafa untuk segera merapat ke rumah duka. Alhamdulillah pukul 11.45 WIB tim sudah sampai,” ungkap Ustad Madroi.
Kemudian jenazah almarhumah diberangkatkan dari Simprug ba’da solat dzuhur menuju Boyolali. Di dampingi oleh dua tetangga almarhumah, jenazah langsung diantarkan Tim BARZAH menuju kampung halamannya di Boyolali, Jawa Tengah.
Tim BARZAH dan armada ambulance Dompet Dhuafa yang membawa jenazah almarhumah Jini ke kampung halamannya, Desa Tegalrejo RT 05/RW 01 Kecamatan Boyolali, Jawa Tengah, tiba pada Kamis (29/8/2019), pukul 00.10 WIB. Keluarga yang menunggu pun tidak lagi melihat jenazah. Keputusan mereka bahwa malam itu juga almarhum langsung di bawa ke TPU setempat untuk dimakamkan.
“Tengah malam, dini hari, kami berada di tengah pemakaman. Suasana hening di bawah rimbunnya pohon bambu dan rintik hujan, almarhumah Jini di makamkan. Sepi dan sunyi, namun inilah tugas kami dan merupakan tanggung jawab kita,” aku Ustad Madroi. (Dompet Dhuafa/BARZAH/Dhika Prabowo)