Bayi Sadiqa sedang dirawat menggunakan CPAP atau Continuous Positive Airway Pressure karena lahir premature
BOGOR—Menjelang siang di selasar Ruang VK (Velos Khamer) RS Rumah Sehat Terpadu Dompet Dhuafa, terduduk Salim Khan (29) atau nama sebelumnya adalah Nowroz Ali. Melihat sekilas dari penampilannya, laki-laki ini kentara sekali bahwa ia adalah penduduk asing. Hal tersebut tercermin dari perawakannya yang terlihat dari tingginya, berkulit putih, dengan hidung mancung serta mata menunjukan ciri khas Asia Selatan.
Salim di sini sedang menunggu kerabat dekatnya yang telah melewati tindakan caesar atau melahirkan dengan cara dibedah. “Nama saya Salim Khan, saya dari Queeta Pakistan,” ucapnya dengan menggunakan Bahasa Inggris tanpa terlepas aksen Asia Selatannya. Berdasarkan keterangannya, ia di RS Rumah Sehat Terpadu sejak Sabtu, 23 Januari 2016 menemani Sadiqa (26) yang telah melakukan operasi caesar.
“Sadiqa adalah tetangga saya dan pengalaman hidup kami yang menjadikannya seperti keluarga”, ucap Salim lirih. Salim menceritakan bagaimana ia dan teman-temannya yang lain sampai ke Indonesia. Ia kemudian membagikan pengalaman yang penuh perjuangan. Ia harus melewati berbagai negara menggunakan pesawat terbang, menggunakan kapal laut dan melewati hutan belantara Kalimantan, untuk dapat selamat dari persoalan yang dihadapinya di Pakistan. Salim datang ke Indonesia pada 27 Januari 2011, sedangkan Sadiqa tiba pada 04 September 2015. Salim menemani Sadiqa dengan sang istri bernama Salsia (25).
Berdasarkan keterangan salah satu bidan RS Rumah Sehat Terpadu DD, tindakan caesar ini diambil karena sebelumnya Sadiqa telah melakukan operasi caesar sebanyak dua kali untuk kedua puteranya yang bernama Irfan Ali (7) dan Ali Sina (5).
Kondisi bayi Sadiqa ketika lahir mengalami kelainan dimana beratnya di bawah berat bayi normal. Berat bayi Sadiqa ketika itu adalah 1.800 gram, sedangkan untuk bayi normal adalah 2.500 gram. Berdasarkan keterangan salah satu bidan, usia bayi ketika dilahirkan adalah premature. Sadiqa dibawa ke RS Rumah Sehat Terpadu Dompet Dhuafa berdasarkan rujukan dari salah satu rumah sakit di Bogor.
Bayinya kini dirujuk ke salah satu rumah sakit ibu dan anak di daerah Bogor untuk mendapatkan fasilitas CPAP atau Continuous Positive Airway Pressure yakni juga digunakan untuk mengobati bayi prematur dimana paru-paru belum sepenuhnya berkembang. Untuk pengobatan ini, garpu lembut ditempatkan dalam lubang hidung bayi. Mesin CPAP dengan lembut meniupkan udara ke dalam hidung bayi, yang membantu membuat paru-paru mengembang, sehingga meningkatkan kelangsungan hidup.
Sadiqa bertempat tinggal di Cipayung, Cisarua, Bogor bersama kedua anaknya dan kerabat dekat sesama pengungsi dari Pakistan. Namun Sadiqa kini tidak ditemani kedua anaknya karena anaknya ditinggal di rumah.
“Bagaimana keadaan anak saya?” tanya Sadiqa seraya memperbaiki posisi tubuhnya.
“Saat ini anak Anda sedang berjuang seperti anda untuk sehat,” jawab salah satu perawat.
Menutup percakapan siang itu, ketika Salim ditanya mengenai harapannya maka ia berkata “Saya senang hidup di sini. Karena di sini damai dan orangnya ramah. Saya berharap konflik di kota saya selesai dan kami dapat hidup damai”.
Mari kita sama-sama membantu sang bayi demi kelangsungan hidupnya. Karena kehidupan pengungsi atau pencari suaka berlangsung di tangan kita. Mari kita bantu do’a agar selalu diberikan perlindungan untuk Sadiqa dan kerabat. (RST Dompet Dhuafa/um)