JAKARTA — Masuknya budaya dan agama kedalam sebuah lingkup masyarakat tidaklah ditentukan asal mulanya secara rigid. Contohnya adalah mengenai masuknya agama Hindu-Buddha ke Nusantara. Setidaknya ada tiga teori mengenai siapa pembawa dua agama itu ke Nusantara; Teori Brahmana; Teori Ksatria; dan Teori Waisya. Tidak ada salah satu dari ketiga teori itu yang sepenuhnya benar. Namun tidak ada juga yang salah.
Begitupun mengenai masuknya Islam ke Nusantara. Sebagai agama dengan penganut terbanyak di Indonesia. Islam masuk ke Indonesia dengan perlahan tapi pasti. Banyak pula teori tentang siapa sebenarnya pembawa Islam ke Indonesia. Teori yang paling terkenal setidaknya ada Teori Gujarat, Teori Arab, dan Teori Cina.
Adanya teori masuknya Islam dari negeri Tiongkok merupakan bukti eratnya hubungan antara Islam dan Tionghoa. Hubungan tersebut terus berkembang hingga masa terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia. Meskipun begitu, Islam dan Tionghoa seringkali dipandang sebagai dua unsur berbeda yang tidak bisa disatukan. Hal ini dipengaruhi oleh intrik politik dan perkembangan yang terus terjadi di dalam masyarakat.
Bambang Wiwoho, penulis buku “Rumah Bagi Muslim, Indonesia, dan Tionghoa,” mengatakan bahwa Islam merupakan salah satu sarana yang digunakan masyarakat Tionghoa untuk bisa membaur dan diakui sebagai bagian dari masyarakat Indonesia. Hal itu terbukti dari munculnya berbagai organisasi dan perkumpulan muslim Tionghoa Indonesia, salah satunya Yayasan Karim Oei yang berdiri tahun 1991.
Dalam Bedah Buku “Rumah Bagi Muslim, Indonesia, dan Tionghoa” yang dilaksanakan di Philantrophy Building, Jakarta, Rabu (26/10) lalu, B.Wiwoho menceritakan sepak terjang Yayasan Karim Oei sebagai wadah bagi muslim Tionghoa Indonesia yang masih eksis sampai sekarang. Salah satu ‘markas’ yayasan ini adalah Masjid Lautze yang berada di daerah Pasar Baru, Jakarta. Masjid ini dijadikan salah satu titik aktivitas masyarakat etnis Tionghoa muslim di Jakarta. Di masjid inilah banyak etnis Tionghoa Indonesia mengucapkan dua kalimat syahadat dan menjadi muslim. Harapannya, kegiatan dakwah masjid dan yayasan ini dapat terus berkembang dan mewarnai khazanah dakwah Islam di Indonesia. (Dompet Dhuafa/Dea)