SOLOK SELATAN, SUMATERA BARAT — “Dulu itu kalau mau solat Jum’at, warga berangkatnya jam 10, agar tepat waktu jam 11 sudah sampai di Masjid. Tempat tinggal masyarakat itu jauh-jauh dan disini Nagari-nya banyak. Jalan kaki sekian kilometer melewati hutan, sungai, dan tanah lumpur. Bahkan kalau bawa keluarga ke Masjid saat subuh atau malam, itu kami bawa lampu teplok atau obor bambu, ditambah takut ular juga,” aku Mitra Ediwas (24), salah satu tokoh agama muda Nagari Persiapan, yang mengisahkan semangat ibadah para jama’ah Masjid Nurul Bhakti di Jorong Lubuk Rasak.
Wilayah Nagari Persiapan, Lubuk Gadang Tenggara, Kecamatan Sangir, Kabupaten Solok Selatan, memiliki suasana sejuk dan berada di kaki Gunung Kerinci. Merupakan area perbatasan antara Sumatera Barat dan Jambi, yang memiliki jarak tempuh sekitar 167 kilometer dari Kota Padang. Masjid Nurul Bhakti menjadi andalan, sejak berdirinya pada tahun 1984 sebagai Musholla. Ya, meskipun kala itu hanya berukuran 8×8 meter persegi, terbuat dari papan kayu, dan berada dalam hutan. Kemudian pada tahun 2015, Musholla dipugar menjadi sebuah Masjid dan dipindah lokasinya di Jorong Lubuk Rasak.
Lanjutkan Kebaikan Ini: https://digital.dompetdhuafa.org/wakaf/masjidnurulbhakti
“Saya lahir dan tumbuh dalam kondisi disini masih hutan, gelap tidak ada listrik, cari air pun harus ke sungai. Jorong Lubuk Rasak itu baru berkembang, jalan aspal baru ada 3 (tiga) tahun kemarin. Tidak ada Masjid, adanya Musholla pakai papan. Karena lokasi awal Musholla terlalu sepi, jadinya dipindahkan ke lokasi Masjid sekarang. Dulu lokasi Masjid ini pun rawa dan dikelilingi semak belukar. Kondisinya, ya, mengerikan. Jalan dan transportasinya masih payah, jadi susah mendapatkan semen harus ke kota,” jelas Ediwas pada tim Dompet Dhuafa, Rabu (5/10/2022).
Lahan berdirinya Masjid Nurul Bhakti juga merupakan sebuah sedekah dari orang tua Ediwas. Namun, orang tuanya meninggal dunia saat Musholla masih papan kayu. Kemudian asa masyarakat terpantik dalam gotong royong membangun Masjid sangatlah tinggi, meski swadaya masyarakat dari segi finansial untuk membangun Masjid memang dirasa kurang mampu. Pada tahun 2022 awal, Ediwas pun mendapati informasi dari kawan, tentang program Bedah Surau Dompet Dhuafa Singgalang di wilayah terluar Sumatera Barat, yaitu Kabupaten Mentawai, Pasaman, dan Solok Selatan.
Ediwas tersadar untuk meneruskan juang masyarakat dan niat mulia sang orang tua. Agar kebaikan itu diteruskan sampai selesai, tidak putus di tengah jalan. Pun untuk kemajuan masyarakat bersama. Bagi Ediwas, Nagari Persiapan merupakan tempat kelahiran dan kampungnya sendiri. Ia menganggap, suasana kota dengan kampung sangatlah berbeda. Di kota, walau rumah dekat-dekat, tetangga belum tentu kenal. Kebalikannya kalau di kampung, walau antar rumah jauh, namun, terasa keluarga.
Baca Juga: https://www.dompetdhuafa.org/kini-adzan-berkumandang-kencang-di-dusun-mbaglumbu-ponorogo/
Baca Kisah Selanjutnya: https://www.dompetdhuafa.org/bedah-surau-andalan-warga-kaki-kerinci-bagian-dua/
“Dari segi ekonomi, mungkin masyarakat sini mulai berkembang. Tapi dari segi agamanya, fasilitas keagamaan, masih kurang. Itu yang perlu dilengkapi dari Masjid. Kalau Masjid sudah bagus, fasilitasnya ada, Da’i nya bisa dikondisikan, maka jama’ahnya bisa sama-sama berdaya akan ilmu keagamaan. Masyarakat yang kebanyakan petani ini pun mungkin belum tahu literasi zakatnya bagaimana?,” sebut Mitra Ediwas. (Dompet Dhuafa / Dhika Prabowo)