Belajar dari Perpustakaan, Pria Putus Sekolah Sukses Kembangkan Wisata Desa Belimbing (Bagian Dua)

Desa Wisata Belimbing Tulungagung

TULUNGAGUNG, JAWA TIMUR — “Saya sendiri mengakui bahwa kehadiran Dompet Dhuafa di sini sangat banyak memberikan perubahan di masyarakat,” ucap Udin, lugas.

Bahkan, lanjut Udin, kini ada banyak pihak yang ikut terlibat, termasuk dinas-dinas pemerintahan. Dalam hal ini, pemantik awalnya adalah Dompet Dhuafa. Kehadiran Dompet Dhuafa diakuinya sangat berdampak langsung pada pola pikir masyarakat Desa Bono, juga berdampak terhadap sektor ekonomi. Dahulu mungkin hanya 20% saja masyarakat yang melek terhadap potensi pertanian, kini sudah lebih dari 50% masyarakat sangat antusias dengan pertanian sebagai upaya peningkatan pendapatan.

Jika pun sekelompok keluarga tidak memiliki lahan kebun, ia dengan yakin memastikan bahwa di samping atau di depan rumahnya ada pohon belimbing. Hal ini karena Udin juga membuka pool penjualan dari setiap pohon belimbing di rumahnya. Sehingga siapa pun, berapa pun banyaknya, apa pun jenisnya, akan ditampung oleh Udin.

Baca juga: Pemberdayaan Mahasiswa, Dompet Dhuafa Banten dan FEBI UIN Banten Jalin Kesepakatan Program Kantin Kontainer

Desa Wisata Belimbing Tulungagung
Marka Tanah di kawasan program pemberdayaan belimbing Dompet Dhuafa di Desa Bono, Tulungagung.

“Selanjutnya kami yang akan memilahnya kembali sesuai grade-nya. Kami sudah ada pasar serapannya,” sambung pemrakarsa Wisata Desa Belimbing itu.

Saat ini program yang sedang berjalan bersama Dompet Dhuafa Jatim adalah pemberdayaan anak-anak muda desa. Ia mengumpulkan 10 anak muda untuk dibina agar dapat mengelola kebun belimbing. Mereka adalah anak-anak muda yang putus sekolah, menganggur, dan sebagainya. Pak Udin dan Dompet Dhuafa kemudian mencarikan mereka pekerjaan, yaitu lahan-lahan yang terbengkalai untuk dihidupkan kembali.

“Saya yakin dalam hati nurani, mereka punya kemauan untuk menjadi orang bermanfaat. Namun, karena tidak ada yang merangkul, jadi yang orang lihat hanya kebiasaan buruknya saja,” ucapnya.

Baca juga: Mimpi Gus Sholah Terwujud, RS Hasyim Asy’ari Akan Jadi Leading Sector Pemberdayaan

Desa Wisata Belimbing Tulungagung
Inovasi dari salah seorang warga menciptakan menu bakso belimbing.

Kumpulan anak muda ini sepakat menamai kelompoknya dengan nama SAE Farm, sebuah akronim dari Smart Agriulture Education. Pada program kali ini, para penerima manfaat mendapatkan manfaat berupa pelatihan, pembinaan, pendampingan, hingga teknik pemasaran. Masing-masing juga disediakan lahan kebun belimbing yang sudah tidak terurus untuk dibudidayakan. Program ini setidaknya akan berjalan selama 3 tahun. Hingga nanti akan terlihat keberhasilan dan dapat dilanjutkan secara mandiri oleh masing-masing penerima manfaat.

“Prosesnya, (yaitu) tahun pertama pembenahan kebun yang terbengkalai. Namun pada tahap ini, alhamdulillah, sudah banyak yang sudah bisa panen. Baru kemudian tahun berikutnya pembinaan bagaimana pohon belimbing dapat banyak menghasilkan buah dengan kualitas sesuai standar yang sudah kami tentukan,” jelas Pak Udin.

Di salah satu kebun tempat kami berhenti untuk berteduh, kami berjumpa dengan salah satu penerima manfaat dari kelompok “Petani Berdaya”, petani pemberdayaan tahun 2018. Ia adalah Arifin. Bergabung di kelompok ini, ia mengaku mampu memperoleh omset pada kisaran angka Rp10 juta setiap kali panen. Dalam satu tahun, ia mampu melakukan panen sebanyak empat kali. Jika dihitung, Pak Arifin mampu memperoleh pendapatan bersih kurang lebih sebesar Rp1,5 juta setiap bulannya. Angka ini mungkin dirasa sudah cukup tinggi, mengingat UMR Tulungagung hanya sebesar Rp2 juta.

Baca juga: Pemberdayaan Zakat Mengubah Hidup Mereka

Desa Wisata Belimbing Tulungagung
Pak Arifin memamerkan buah belimbing yang dipetik dari kebunnya.

Kemudian, kami berjumpa dengan Yopi Muhammad Azis (28), salah satu penerima manfaat Program SAE Farm yang saat ini sedang berlangsung. Ia mengaku, usai lulus SMA ia langsung terjun di perkebunan buah belimbing. Melihat semangatnya berkebun, Udin kemudian mengajaknya untuk belajar lebih dalam mengenai budi daya belimbing dengan mengikuti Program SAE Farm.

Dialah yang memiliki inisiatif untuk membuat jus buah belimbing dalam kemasan yang tadi kami nikmati. Idenya ini tercetus lantaran banyak belimbing-belimbing kecil yang harganya jatuh di pasaran. Maka, daripada dibuang, ia memanfaatkannya untuk dijadikan jus buah.

“Sebelum ini, saya memang sudah bergelut di kebun belimbing, dari lulus sekolah. Kemudian diajak Pak Udin gabung di program Dompet Dhuafa,” ucapnya.

Baca juga: Inovasi Penyaluran dan Pemberdayaan Zakat, Dompet Dhuafa Lampung Luncurkan Dapur Keliling (DARLING)

Desa Wisata Belimbing Tulungagung
Pak Arifin memamerkan buah belimbing yang dipetik dari kebunnya.

Ia pun mengungkapkan bahwa sudah pernah panen sekali. Hasilnya panennya sekitar hampir 4 kuintal buah belimbing.

Udin dengan lugas mengatakan bahwa permintaan buah belimbing di Desa Bono ini sangat tinggi. Bahkan saking banyaknya, tidak jarang ia terpaksa harus meolak permintaan. Maka itu, ia selalu mendorong masyarakat untuk ikut budi daya buah unggulan Tulungagung ini.

“Di sini, rata-rata setiap minggu mampu menghasilkan 1 ton buah belimbing,” sebutnya dengan percaya diri. (Dompet Dhuafa/Muthohar)

Bagian selanjutnya… baca Belajar dari Perpustakaan, Pria Putus Sekolah Sukses Kembangkan Wisata Desa Belimbing (Bagian Tiga)