Berawal Dari Kepedulian, Menjadi Semangat Relawan Muda Kampanyekan Bahaya TB

sejumlah relawan muda saat melakukan aksi Stop Bahaya TB di Bundaran HI Jakarta. (Foto:Uyang/Dompet Dhuafa)

Rasa syukur tak hentinya terucap bagi siapa saja yang diberikan nikmat sehat. Hidup penuh kenikmatan, bila menjalankan aktivitas pada tubuh yang sehat. Sudah sepatutnya sebagai makhluk sosial mensyukuri sehatnya dengan saling berbagi, agar hati senang dalam menjalani kehidupan sehari-hari.

Kerelawanan, banyak orang menyebutnya aktivitas berbagi, membantu untuk lingkungan sekitar melalui daya upaya yang kita mampu. Dompet Dhuafa sebagai lembaga kemanusiaan sosial selalu mengajak relawan-relawannya disetiap aktivitasnya, Keyakinannya, bahwa perlu merangkai rantai kebaikan dengan sebanyak-banyaknya melibatkan banyak orang menjadi nilai utama yang dijunjung tinggi Dompet Dhuafa.

Siang itu, tepat pada hari Tuberculosis (TB) dunia (24/3) Dompet Dhuafa melakukan aksi kepedulian dengan membagi kipas yang berisikan pesan terkait bahaya TB kepada masyarakat di sekitaran Bundaran HI, Jakarta. Aksi yang bertujuan untuk menyadarkan masyarakat terhadap bahaya TB ini juga dihadiri relawan-relawan.

Uti nama panggilannya, salah satu relawan yang ikut dalam aksi kepedulian kali ini. Ia menuturkan, awalnya hanya mendapat informasi terkait kampanye TB, hingga akhirnya tertarik untuk terjun langsung mensosialisasikan Gerakan Stop TB ini.

“Bahkan banyak yang belum aware tentang bahayanya penyakit ini, masih banyak orang yang menganggap TB Cuma batuk-batuk padahal bisa menyebabkan kematian,” tutur mahasiswi yang murah senyum ini.

“Tadi saja waktu aku bagi-bagi kipas kan ada pesan bahwa rokok salah satu penyebab TB, tapi ada yang nyeletuk dari pengendara motor klo dia sulit untuk berhenti merokok, padahal jelas-jelas TB bisa bermula dari kebiasaan merokok ini.” Lanjut Uti menambahkan.

Tidak hanya Uti, Relawan yang lain, Bunga, yang juga seorang mahasiswi ini mengatakan kesadaran masyarakat terhadap penyakit mematikan yang menduduki peringkat ke 3 di dunia ini masih sangat minim sosialisasi.

“Belum banyak orang yang tahu tentang TB, saya berharap dengan acara hari inisemua orang tahu betapa bahaya dan pentingnya mencegah seorang yang terkena TB,” terangnya.

Kemudian ia menilai, Gerakan Stop TB ini harus dilakukan dengan penuh kesadaran, dimulai dari orang-orang terdekat disekitar lingkungan keluarga. Ia pun menambahkan, tak hanya orangtua saja yang memiliki peran penting dalam mengkampanyekan bahaya TB, melainkan hati melainkan kaum muda yang bergerak dengan membantu campaign hari ini untuk masyarakat agar tahu terhindar dari TB dan membantu menyembuhkannya pula.

Menjadi relawan memang pekerjaan mulia, mampu menembus batas-batas logika manusia. Hati yang penuh ikhlas dan tumbuhnya kepekaan rasa jadi modal utama seorang relawan. (Riandy)

 

Editor: Uyang