BOGOR — Tak banyak orang menjalankan pekerjaan atau usaha berawal dari hobi yang digeluti. Karena pada hakekatnya, pekerjaan yang paling menyenangkan adalah pekerjaan yang kita cintai dan dikerjakan dengan hati, dan itu semua paling memungkinkan jika diawali dengan kegemaran sehari-hari kita.
Sutisna (17), pelajar kelas XI SMA, selama satu tahun ini giat menjalani hobi dan menggeluti usaha tumbuhan pucuk jambu muda. Tanaman yang sedang populer itu, menjadi mata pencaharian anak bungsu dua bersaudara itu. Walau profit yang dihasilkan tak besar, namun kepuasan hati tak ternilai dengan besaran nominal rupiah.
Berawal dari kegiatan pamannya yang juga berjualan tanaman, pemuda sederhana ini mulai tertarik untuk ikut dalam perniagaan tersebut. Pelajar SMA Nurul Falah, Bogor, itu mengaku, tidak mudah menanam tumbuhan pucuk jambu muda. Diperlukan waktu yang panjang untuk merawat dan mengembangkan tanaman. Selain itu, kontur tanah dan serapan air cukup juga mempengaruhi perkembangan jenis flora yang kini banyak ditanam di sekitar jalan.
“Kalo pagi saya siramin biar tanahnya juga basah. Sebab kalau tanahnya kering, dia cepat layu dan tumbuhnya kurang bagus,” kata Sutisna, kepada tim Lembga Pelayn Masyarakat (LMP) Dompet Dhuafa, di belakang pekarangan rumahnya di Kp. Tapos RT.03/06, Cibinong, Gunung Sindur, Bogor.
Butuh waktu kurang lebih tiga bulan, dari awal pembibitan, hingga proses tumbuh kembang sebelum ia letakan di pot plastik. Ia memiliki dua tempat pembibitan yang berada di belakang rumah yang ia tutup dengan terpal. Semua tahapan ia lakukan dengan telaten dan penuh kesabaran. Selama satu tahun berjalan, ia telah menjual setidaknya 15 tanaman yang ia titip di Toko Flora di sekitar Bogor, termasuk toko milik sang paman.
Dari hasil penjualan, Sutisna, memiliki pundi-pundi penghasilan sebesar Rp. 200.000, selama tiga bulan. Terbilang kecil memang, namun itu masih dalam kuantitas yang kecil. Hasil penjualan biasanya ia gunakan untuk jajan sehari-hari dan sebagian ia tabung untuk masa depan pendidikannya. Ayah Sutisna, Nawi (47), merupakan buruh harian lepas yang bekerja di proyek bangunan, sedangkan ibunya, Tiah (42), hanya ibu rumah tangga.
Kehidupan ekonomi yang terbilang pas-pasan membuat lelaki pencinta pelajaran Biologi ini enggan merepotkan orang tua. Maka jika ia sudah mengantongi hasil penjualan tanaman, ia tak segan untuk memberikan beberapa rupiah untuk ibundanya.
“Alhamdulillah dia gak pelit orangnya, ngerti kalau orang tua gak punya uang. Jajan juga jarang minta sama saya, kalo gak perlu banget, ia gak minta,” ujar Tiah.
Dompet Dhuafa melalui LPM, membantu biaya pendidikan Sutisna, dalam mengurangi jumlah tunggakan yang ia miliki. Dengan bantuan tersebut, diharapkan ia fokus dalam pendidikan dan mengembangkan usaha yang sedang dirintisnya.
“Terima kasih para donatur atas sumbangsihnya yang diberikan pada saya. Doakan juga semoga pendidikan dan usaha saya berjalan dengan lancar dan berkah, amin,” ucap Sutisna. (Dompet Dhuafa/Rifky Reynaldi LPM)