Berdaya Budidaya Madu Pak Sugio Berkat Dompet Dhuafa

GUNUNGKIDUL — Sebagian besar, kegiatan beternak lebah dan madu di Hutan Wanagama adalah sebagai pekerjan sampingan. Namun juga ada beberapa orang yang mengkhususkan dirinya untuk ternak lebah sebagai mata pencaharian utama. Salah satunya pak Sugio (55) warga Dusun Banaran 1, Desa Banaran, RT 5 RW 1, Kecamatan Playen, Kabupaten Gunungkidul. Ia merupakan salah satu penerima manfaat program Grand Making Dompet Dhuafa sejak tahun 2019.

Di rumahnya, kini pak Sugio tinggal seorang diri saja. Ketiga anaknya yang sudah dewasa telah berkeluarga masing-masing. Sedang sang istri telah lebih dulu meninggal dunia. Selain budidaya lebah dan madu, sehari-hari ia juga membuat kotak untuk sarang koloni tawon.

Pak Sugio dengan rumah tuanya di Dusun Banaran 1, Desa Banaran, RT 5 RW 1, Kecamatan Playen, Kabupaten Gunungkidul, DI Yogyakarta
Pak Sugio dengan salah satu kotak sarang lebah miliknya.

Ia mengaku dulu sempat pernah bekerja menjadi seorang buruh tani. Kemudian juga pernah berdagang sate hingga kini tak kuasa lagi dan hanya fokus pada budidaya madu dan lebah hutan.

“Dulu pernah jadi buruh tani, pernah juga jualan sate. Budisaya madu hanya sampingan saja. Saat istri saya sudah tidak ada, kemudian saya ternak madu saja. Kalau sekarang juga sudah tidak mampu kerja yang berat-berat,” ceritanya kepada tim Dompet Dhuafa saat berkunjung ke kediamannya pada Selasa (7/6/2022)

Pak Sugio menempatkan kotak-kotak sarang lebahnya menjadi 2 (dua). Sebagian ditempatkan tepat di samping rumahnya, namun yang utama adalah yang ia tempatkan di hutan-hutan. Saat ini, di samping rumah pak Sugio terdapat 6 (enam) kotak sarang lebah dan sebanyak 50 kotak ia tempatkan secara terpisah di hutan Wanagama.

Pak Sugio memindahkan salah satu kotak sarang. Terdapat 6 (enam) kotak sarang yang diletakkan pak Sugio di samping rumahnya.
Secara alami, sarang lebah akan menempel pada kayu melintang di bagian atas kotak. Maka itu, bilah bambu adalah pilihan kayu yang tepat untuk hal ini.

Sekitar pukul 08.00 WIB setiap harinya, ia bergegas dengan pakaian dan berbagai peralatan menuju hutan. Hingga siang hari menjelang sore, ia pulang untuk mengecek kotak-kotak madu yang ada di samping rumahnya.

Adanya Pasar dan Harga Maksimal

Kegiatan ternak madu ternyata sudah lama ia lakukan. Ia mengaku mulai memiliki kotak sarang lebah hutan sejak baru memiliki anak pertamanya. Berbagai hutan sudah ia jelajahi. Namun, baginya hutan Wanagama adalah penghasil madu terbaik di antara lainnya. Maka, kini memilih fokus budidaya madu di Hutan Wanagama. Tentu dengan mengembangkan ternak di lahan terbaik, hasilnya juga akan maksimal.

Beruntung sekali, katanya, ia tergabung dalam kelompok “Omah Madu” bersama Dompet Dhuafa. Sedikit kesulitan memasarkan hasil panen madunya. Setelah tergabung dengan Omah Madu ditambah adanya koperasi “Sumber Rejeki”, ia tak perlu khawatir kesulitan menjual. Sebab koperasi akan memfasilitasi penjualannya, hingga mencapai harga yang maksimal. Adanya peran Omah Madu dan Koperasi Sumber Rejeki bak oase para petani madu di Hutan Wanagama.

Kepada tim Dompet Dhuafa, Pak Sugio menjelaskan, Kotak yang paling ideal untuk sarang lebah madu hutan adalah dengan ukuran PLT 40x25x22.
Selain melakukan budidaya lebah dan madu, pak Sugio juga menerima pembuatan kotak-kotak sarang.

“Kalau dulu dikemas dalam botol bekas dan menunggu ada yang datang untuk membeli. Tapi sekarang sudah tidak perlu lagi nunggu ada yang beli. Semua sudah ditampung oleh koperasi. Dengan packing yang apik, koperasi akan memasarkan hasil panen kami. Jadi tenang dengan adanya kepastian pasar ini,” ucapnya.

Sejak mendapat intervensi dari Dompet Dhuafa, ketika panen, satu kotak milik Sugio bisa menghasilkan 1,5 liter madu. Pernah suatu kali panen, ia dapat 2 liter madu dari satu kotak. Sehingga adanya pendampingan tersebut berbuah manis pada panen madunya. Tentu dengan meningkatnya hasil panen, turut meningkatkan pendapatan perekonomian Sugio untuk keluarga. (Dompet Dhuafa / Muthohar)