Euforia tahun baru hijriah memang sudah berlalu. Namun, hijrah tidak semata dilakukan di tahun baru hijriah saja. Hijrah bisa dilakukan kapanpun dan dimanapun selama kita siap untuk berubah dan siap untuk berbenah. Hijrah pun tak hanya bermodal kesiapan mental semata, tetapi juga memberikan yang terbaik dari yang dimiliki, agar mendapat hasil yang setimpal. Sama seperti saat Rasul menyuruh Ali Bin Abi Thalib, untuk tidur di atas tempat pembaringan dengan selimut yang dimiliki beliau, sebagai upaya mengelabui musuh ketika Rasul berangkat ke Madinah. Lihatlah, bagaimana Ali rela mempertaruhkan nyawa ketika suatu saat terbunuh karena disangka Rasul oleh musuh. Dari kisah tersebutlah dapat diambil hikmah bahwa Ali memiliki kesiapan mental untuk berhijrah.
Dalam kehidupan masa kini, hijrah juga dapat disamakan dengan merantau atau generasi saat ini menyebutnya dengan move on. Keduanya memiliki hakikat yang sama, yaitu berubah atau berpindah untuk menjadi lebih baik. Ketika merantau artinya berpindah secara tempat untuk berjuang di tempat lain meraih sukses, move on cenderung pada hijrah hati dan pikiran. Memperluas wawasan agar tidak melulu menggunakan kacamata kuda, agar tidak melulu terbelakang, agar siap menghadapi perubahan pada dunia yang semakin dinamis dan ketat persaingan.
Bagi sebuah bangsa, penting baginya agar generasi muda memiliki semangat untuk move on. Dunia telah berubah. Saat ini berpergian ke luar negeri bisa dilakukan dengan berbagai kemudahan, baik kemudahan teknologi informasi maupun transportasi. Inspirasi juga datang dari mana saja yang kemudian diolah untuk menjadi sebuah pijakan untuk berubah. Hal ini dilakukan oleh Ridwan Kamil yang memang meluangkan waktu untuk berpergian ke luar negeri. Di sana ia mendapat banyak inspirasi untuk membangun kota tempat ia lahir dan dibesarkan, Bandung. Ketika warga di Eropa senang berpergian ke taman untuk berwisata murah meriah, ia terapkan itu di Kota Kembang. Berharap warganya mempunyai alternatif liburan selain berkunjung ke pusat perbelanjaan. Itu hanya salah satu contoh.
Dompet Dhuafa, sebagai lembaga yang fokus di bidang pendidikan, berusaha untuk memunculkan tokoh-tokoh muda yang dulunya berlatar belakang dhuafa untuk menginspirasi bagi khalayak. Dompet Dhuafa berusaha menumbuhkan inspirasi bahwa keterbatasan bukan alasan untuk merubah keadaan.
Gelfi Mustarakh adalah salah satu contoh inspirasi generasi muda yang berhasil keluar dari keterbatasan ekonomi. Pria 22 tahun ini adalah alumni SMART Ekselensia, sekolah akselerasi (SMP-SMA lima tahun) bebas biaya. Saat ini ia tengah berada di Belanda untuk melanjutkan studi S2 dengan jurusan Hydraulic Engineering. Cita-citanya sejalan dengan bangsa ini yaitu peningkatan konektivitas maritim nasional yang salah satu elemen utamanya pelabuhan.
Apa yang Gelfi lakukan adalah salah satu bentuk hijrah. Dia adalah salah satu contoh generasi muda yang peduli terhadap kemajuan bangsa dan berani mengambil langkah maju, meninggalkan zona nyaman untuk menghadapi setiap tantangan.
Allah SWT sendiri dalam Surat At-Taubah 20-22 menjanjikan kemenangan serta derajat yang tinggi bagi mereka yang beriman, berhijrah, serta berjihad di jalan-Nya.
“Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwa mereka, adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah. Mereka itulah orang-orang yang memperoleh kemenangan. Tuhan menggembirakan mereka dengan memberi rahmat, keridhaan, dan surga. Mereka memperoleh kesenangan yang kekal di dalamnya. Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Sungguh, di sisi Allah pahala yang besar”.
Semoga semakin banyak generasi muda yang berani berhijrah, berani menghadapi tantangan untuk masa depan yang lebih baik. Tidak ada yang sia-sia dari sebuah perjuangan. Ganjaran setimpal dari ALLAH SWT menunggu di depan. Generasi muda, bergeraklah untuk bangsamu. (Dompet Dhuafa/Erni)