“Lebih dari 14 tahun saya menjalani terapi Hemodialisa (cuci darah) dan menguras harta benda. Penderitaan saya lengkap setelah orang terkasih meninggalkan diri ini. Namun sejak 2014, saya dapat bernafas lega setelah mendapatkan terapi cuci darah gratis dari RS Rumah Sehat Terpadu Dompet Dhuafa, yang beroperasi di atas tanah wakaf para donatur dan dermawan di kawasan Zona Madina, Parung, Bogor ini,” ungkap Kusniati (47), dengan rona bahagia.
JAKARTA — Rasa keadilan adalah suatu nilai yang abstrak. Tetapi ia menuntut tindakan dan perbuatan yang konkrit dan positif. Seperti halnya pelaksanaan ibadah wakaf yang menjadi sebuah contoh konkrit atas rasa keadilan sosial. Sebab wakaf merupakan pemberian sejumlah harta benda yang sangat dicintai secara cuma-cuma untuk lebih bermanfaat secara umum. Pemberi wakaf atau muwakif dituntut dengan keikhlasan yang tinggi, agar harta yang diwakafkan, mengalir manfaatnya kepada masyarakat banyak.
Di tengah permasalahan sosial masyarakat Indonesia dan tuntutan akan kesejahteraan ekonomi dewasa ini, eksistensi lembaga wakaf menjadi sangat urgen dan strategis. Di samping sebagai salah satu aspek ajaran Islam berdimensi spiritual, wakaf juga merupakan ajaran yang menekankan pentingnya kesejahteraan ekonomi. Karena sedekah jariah wakaf dapat berupa benda bergerak, seperti uang dan logam mulia, maupun benda tidak bergerak, seperti tanah dan bangunan. Kemudian dapat dikelola lebih produktif, hingga mampu menghasilkan surplus yang berkelanjutan.
Pengelolaan yang baik terhadap wakaf terbukti telah memberdayakan, dan mengangkat kesejahteraan masyarakat miskin maupun dhuafa di negeri ini. Ketika wakaf bergulir untuk menopang kesehatan, perekonomian, pendidikan dan pengembangan sosial, bagi masyarakat miskin tentu akan menaikkan level kehidupan mereka.
Seperti halnya Kusniati (46) yang telah menikmati layanan cuci darah gratis di RST Dompet Dhuafa, yang berdiri di atas tanah wakaf dan bergulir dengan dana zakat, serta donasi masyarakat. Betapa beratnya perjuangan Kusniati. Tetapi kini, ia dapat bernafas lega atas layanan gratis hemodialisa dari RS Rumah Sehat Terpadu Dompet Dhuafa. Itu menjadi bukti, kekuatan wakaf membangkitkan semangat dan keberdayaan dhuafa.
Tak hanya Kusniati yang telah menikmati berkah amal jariah masyarakat dan donatur dari Dompet Dhuafa. Keberkahan tersebut turut dirasakan Dede Safrudin yang mengembangkan skill di Gedung Institut Kemandirian (IK) Dompet Dhuafa. Setelah bertahun-tahun menjadi pejuang devisa di negeri orang, kini Dede dapat bertindak nyata membangun negeri.. Berkah keterampilan yang ia peroleh di IK, Dede mulai merintis usaha untuk memberdayakan sesama, membentang kebaikan di sekitarnya.
Dari sisi pendidikan, ribuan siswa berprestasi dari keluarga dhuafa menikmati pendidikan dengan standar yang baik berkonsep boarding school di SMART Ekselensia Indonesia. Di atas tanah wakaf tersebut, putra-putra terbaik keluarga dhuafa ditempa menjadi insan berdaya. Bahkan banyak yang telah melanglang buana ke mancanegara untuk melanjutkan pendidikannya.
Tak hanya itu, dalam mengelola aset wakaf, Dompet Dhuafa turut memantik perekonomian masyarakat sekitar. Bukan tak mungkin jika wakaf dikelola secara professional mapu menjelma menjadi sebuah aset produktif, tidak sedikit masyarakat miskin dan dhuafa akan terentaskan dari derita kehidupannya. Mari wujudkan kemerdekaan bagi sesama melalui kebaikan dan kedermawanan yang terajut dalam amal jariah wakaf. (Dompet Dhuafa/Taufan YN)