JAWA BARAT — Komunitas disabilitas seringkali dipandang sebelah mata oleh masyarakat. Ketidaksempurnaan fisik yang mereka alami menyebabkan minimnya akses terhadap sumber daya, fasilitas publik, bahkan pada pemenuhan hak sebagai warga negara. Tidak sedikit masyarakat penyandang disabilitas menyerah pada keadaan dan meminta belas kasih masyarakat.
Meski begitu, di tengah stigma tersebut, nyatanya banyak juga penyandang disabilitas yang memiliki etos kerja yang tinggi, sanggup mengatasi keterbatasan fisik yang mereka alami, serta tidak melihat bahwa ketidaksepurnaan mereka sebagai justifikasi untuk meminta belas kasihan orang lain.
Dompet Dhuafa memandang, orang-orang yang berjuang di tengah keterbatasan perlu untuk diapresiasi semua pihak. Baik perorangan, komunitas, entitas pemerintahan, entitas usaha, dan unsur masyarakat lain, guna membantu mereka dalam mengakses sumber daya yang menunjang kebutuhan hidup mereka. Maka selama 5 (lima) hari sejak Senin hingga Jumat (25-30/4/2022), Dompet Dhuafa melakukan kolaborasi dengan PT Mayra Indonesia untuk menciptakan sebuah aksi kepedulian terhadap kaum dhuafa, khususnya para penyandang disabilitas wanita melalui program “Bantu Permodalan Untuk Perempuan Difabel Tangguh”.
PIC Program Bantu Permodalan Untuk Perempuan Difabel Tangguh, Vini Hindayani mengatakan, aksi kolaborasi kebaikan ini dilakukan sebagai bentuk apresiasi dan kepedulian pada penyandang disabilitas. Dengan begitu diharapkan dapat memberikan motivasi bagi penyandang disabilitas bahwa mereka tidak berjuang sendiri. Banyak pihak yang tetap dan akan terus peduli kepada orang-orang seperti mereka dengan asas kemanusiaan.
“Pada program bersama PT Mayra Indonesia ini, kami menyasar sebanyak 5 (lima) orang perempuan tangguh penyandang disabilitas yang menjadi penerima manfaat. Alhamdulillah, mereka mengaku sangat senang mendapatkan perhatian dan bantuan untuk mengembangkan usaha-usahanya,” terang Vini.
Salah satu penerima manfaat, Nurhayati (60) tinggal di Kaumpandak, Desa Karadenan, Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor. Ia adalah seorang ibu rumah tangga yang mengidap polio sejak kecil, namun saat ini Ia memiliki 2 orang anak yang masih usia pertumbuhan dan pendidikan. Nur saat ini memiliki usaha jahit di tempat tinggalnya. Menurutnya, ia mulai memiliki keahlian menjahit setelah ia giat melakukan pelatihan-pelatihan yang diadakan pemerintah daerah atau swasta.
“Saya mulai menggeluti bidang menjahit secara fokus sejak beberapa tahun lalu semenjak suami sempat kehilangan pekerjaan. Saya harus ikut terjun mencari rejeki untuk menghidupi anak dan rumah tangga saya,” ucapnya. (Dompet Dhuafa / Muthohar)