TANGERANG SELATAN – Para peserta kelas pembelajaran komunikasi Sekolah Dai Pemberdaya Batch 8 yang diselenggarakan di Auditorium Syahida Inn, UIN Syarief Hidayatullah Jakarta pada Kamis (3/11) menceritakan pengalaman dan antusiasme mereka saat mengikuti kelas tersebut. Sekolah Dai Pemberdaya sendiri merupakan program pemberdayaan yang diusung oleh Corps Dai Dompet Dhuafa (Cordofa) dengan tujuan mulia, yakni meningkatkan kompetensi dai di bidang keagamaan, Ziswaf (zakat, infak, sedekah, dan Wakaf), dan sociotechnopreneurship.
Dalam agenda tersebut, Dompet Dhuafa menghadirkan dua narasumber yang kompeten di bidangnya untuk menyampaikan materi tentang jurnalistik dan kepenulisan, serta fotografi jurnalistik. Mereka adalah Taufan Yusuf Nugroho selaku Manajer Humas Dompet Dhuafa dan Andhika Satria Prabowo selaku Jurnalis Dompet Dhuafa.
Sebanyak 15 asatidz hadir sebagai peserta dalam acara tersebut. Mereka pun berasal dari berbagai daerah di Indonesia, yakni dari wilayah Jabodetabek, Aceh, Kendari, hingga Nusa Tenggara Timur (NTT). Selanjutnya, lulusan Sekolah Dai Pemberdaya ini diharapkan dapat mensyiarkan dakwah Ziswaf Dompet Dhuafa dan memiliki karakter ikhlas, moderat, profesional, berintegritas serta mencintai Tanah Air.
Selama mengikuti acara tersebut, para peserta yang merupakan calon-calon dai itu pun tampak antusias menyimak materi yang disampaikan oleh kedua narasumber. Antusiasme itu tampak dari banyaknya pertanyaan yang dilemparkan oleh para peserta kepada narasumber, sehingga diskusi dalam kelas itu pun sangat hidup. Usai mengikuti kelas komunikasi ini, para peserta merasa mendapatkan banyak manfaat. Salah satunya seperti yang dirasakan Ustaz Mirza yang mulai tahu cara mengemas dan mendokumentasikan peristiwa dengan peralatan seadanya, namun tetap bisa menghasilkan output yang maksimal dan bagus.
Baca Juga: Sekolah Dai Pemberdaya Batch 8: Wujud Konsistensi Dompet Dhuafa Entaskan Kemiskinan
“Saat terjun ke lapangan, kita diwajibkan membuat laporan kepada donatur. Sehingga membangun kepercayaan publik atas pemanfaatan dana umat. Sehingga perlu membuat dokumentasi dengan cara yang baik dan tentu dilengkapi dengan caption atau tulisan. Sehingga perlu membuat konten pelaporan yang lengkap dan relevan,” jelas Ustaz Mirza.
Hal sama juga dirasakan oleh Ustaz Rizki yang mengaku mulai memahami cara “merekam” dan mendokumentasikan peristiwa yang terjadi di lapangan untuk kemudian diolah menjadi sebuah karya jurnalistik yang bisa membangun kepercayaan para donator Dompet Dhuafa. “Saat terjun ke lapangan, kita diwajibkan membuat laporan kepada donatur. Sehingga membangun kepercayaan publik atas pemanfaatan dana umat. Sehingga perlu membuat dokumentasi dengan cara yang baik dan tentu dilengkapi dengan caption atau tulisan. Sehingga perlu membuat konten pelaporan yang lengkap dan relevan,” kisah Ustaz Rizki.
Ada pula pendapat dari Ustaz Arby yang merasa bersyukur karena mendapatkan ilmu baru terkait jurnalistik, apalagi sesi kelas komunikasi tersebut dibagi menjadi dua, yang juga membahas detil teknis produk jurnalistik. “Di awal (sesi) kita diberikan sajian pengetahuan umum dan produk-produk jurnalistik, kemudian di sesi kedua lebih mengerucut ke arah teknis. Ini menjadi pencerahan dan insight baru bagi saya,” terang Ustaz Arby.
Baca Juga: Dompet Dhuafa Resmi Buka Sekolah Dai Pemberdaya Batch 8
Selain Ustaz Mirza, Ustaz Rizki, dan Ustaz Arby, ada pula calon-calon dai lain yang turut mengungkapkan rasa syukur dan antusiasmenya setelah mengikuti kelas komunikasi Sekolah Dai Pemberdaya Batch 8 pada Kamis (3/11). Inilah kata mereka yang bersyukur usai mengikuti kelas komunikasi Sekolah Dai Pemberdaya:
“Dari sini saya mengambil pesan bahwa di lapangan harus menjadi pribadi yang luwes dan dapat memantik narasumber saat menggali informasi.“ – Ustaz Fajar.
“Peran dan fungsi media sangat tinggi sekali. Saya sangat berterima kasih atas ilmu yang sangat berharga. Di sini kami mendapatkan pengetahuan atas jurnalisme kemanusiaan. Karena di hidup kita penuh dengan informasi seiring perkembangan teknologi dan memudahkan menyerap informasi. Sharing ini sangat penting bagi kami yang tidak didapatkan di perkuliahan atau manapun.” – Jejen Purwanto.
“Dari pemaparan ini, penyajian video maupun foto yang dirangkai sedemikian rupa, memiliki pesan yang kuat.” – Ustaz Mustafa.
“Foto yang tersaji itu harus bisa berbicara. Kemudian kita perlu menambahkan pesan dari momen yang kita tangkap sebelum disajikan ke masyarakat.” – Ustaz Ilham.
***