Foto : Istimewa
Momentum 10 November menjadi salah satu hari bersejarah bagi bangsa Indonesia. Karena pada hari bersejarah tersebut, bangsa ini memperingati Hari Pahlawan dan selalu diingatkan dengan peristiwa heroik 80 tahun silam, tentang perjuangan anak bangsa ketika mengusir penjajah dari Bumi Pertiwi. Rasa takut kehilangan nyawa yang begitu berharga tak pernah terlintas dalam benak para pejuang. Mereka semua tidak pernah gentar sedikit pun dengan kuatnya persenjataan yang dimiliki para penjajah kolonial kala itu.
Lewat pekikan kalimat takbir “Allahu Akbar…. Allahu Akbar! Para pahlawan kemerdekaan bangsa ini menggelorakan semangat untuk berjihad melawan penjajah. Mereka semua bersatu padu melawan penjajah. Melalui pengorbanan penuh darah dan air mata, pengorbanan yang tidak ternilai balasannya. Mereka berjuang tanpa pamrih untuk meraih kemerdekaan dan mempertahankan kemerdekaan yang telah diplokamirkan pendiri bangsa ini.
Indahnya rasa kemerdekaan yang dirasakan oleh Rakyat Indonesia saat ini tak lain dan tak bukan lantaran perjuangan nenek moyang yang telah mengerahkan segala kemampuannya baik fikiran maupun cucuran keringat bahkan cucuran darah yang tak ternilai harganya untuk kemerdekaan negeri ini.
Ya, sosok pahlawan sebagai pejuang kemerdekaan bangsa ini sudah seharusnya tak hanya kita kenang sebagai sejarah semata, melainkan kita harus menghargai dan menghormati jasa-jasanya yang telah disematkan untuk bangsa ini. Seperti halnya perjuangan yang telah ditorehkan Engkong Mawi (93), sosok pahlawan veteran yang telah berperan penting dalam menumpas penjajah serta aktif memerangi PKI (Partai Komunis Indonesia) saat ia masih muda. Bahkan semangat mudanya pun sampai saat ini masih terasa ketika ditemui di tempatnya beraktivitas oleh tim Lembaga Pelayanan Masyarakat (LPM) Dompet Dhuafa di Pasar Reni Jaya Pamulang Tangerang Selatan, beberapa waktu lalu.
Kakek kelahiran Tangerang, 93 tahun silam ini kini tinggal di salah satu ruko yang berada di Pasar Reni Jaya Pamulang karena sehari-harinya ia berjualan sayur-sayuran dari pagi hingga sore hari. Istrinya sudah lama wafat lantaran sakit dan rentanya usia.
Engkong Mawi, sapaan akrabnya memiliki 4 orang anak yang sudah berkeluarga semuanya. Dua anaknya telah meninggal dan dua anaknya lagi bekerja serabutan untuk memenuhi kebutuhan keluarganya masing-masing. Rumah peninggalan ia dan istrinya diberikan kepada cucunya.
“Walaupun udah punya penghasilan sendiri, tetep aja kalau ada apa-apa mah cucu-cucu engkong datengnya ke engkong,” ujar Mawi tersenyum.
Ia bahagia meski hidup dalam keterbatasan, anak cucunya masih sering datang untuk menjenguknya di pasar dan menghiburnya melalui canda tawa yang mereka yang membuat Mawi tidak pernah merasa kesepian.
Karena kerendahan hati dan ketegarannya menghadapi hidup ini, dan atas kepahlawanan yang ia persembahkan untuk negeri ini. Dompet Dhuafa melalui Lembaga Pelayan Masyarakat (LPM) menyalurkan bantuan untuk Engkong Mawi sebagai bentuk apresiasi atas dedikasinya yang turut memerdekakan negeri ini dari tangan-tangan para penjajah.
Ia berpesan kepada para pemuda saat ini, sebagai penerus perjuangan bangsa jangan pernah mengeluh pada negeri ini, tapi berikanlah yang terbaik untuk negeri ini. Engkong Mawi pun mengucapkan terimakasih kepada para Donatur Dompet Dhuafa yang peduli akan nasib pejuang seperti dirinya. (Dompet Dhuafa/Fajar/Uyang)