JAKARTA — “Ada yang sedang pergi ke luar untuk makan malam, tapi ketika sampai di tempat makan semua pegang gadget. Si istri WA si suami, ‘pesen lele bakar yah’. Si suami jawab ‘ayam bakar aja ma’. Padahal mereka lagi duduk bareng,” celetuk Juperta Panji Utama, selaku Manajer Sosdev Dompet Dhuafa, dalam sambutanya di acara Bincang Keluarga Islam, pada Sabtu (13/10/2018).
Para hadirin pun tertawa menyusul ilustrasi singkat mengenai komunikasi ala pasangan rumah tangga muda, yang disampaikan oleh Juperta. Gambaran tersebut memang sangat merepresentasikan pola komunikasi kebanyakan pasangan keluarga muda yang ada di era digital saat ini. Padahal komunikasi merupakan hal yang sangat krusial dalam hubungan keluarga.
Pola komunikasi tersebutlah yang membuat banyak rumah tangga muda menjadi lebih rentan terhadap keretakan hubungan. Dari kasus perceraian yang terjadi di tahun 2016 di Indonesia, 70 persen diantaranya merupakan perceraian pada rumah tangga muda yang masih berumur kurang dari lima tahun pernikahan. Kebanyakan rumah tangga muda tersebut juga masuk dalam kategori generasi digital di era millenieal sekarang. Ini menunjukan bagaimana rumah tangga muda yang hidup di era digital rentan terhadap perceraian.
Hal tersebutlah yang melatarbelakangi Corps Dai Dompet Dhuafa (CORDOFA) mengadakan kegiatan Bincang Keluarga Islam dengan tema ‘Menguatkan Peran Muslimah dalam Ketahanan Keluarga di Era Digital’. Edukasi untuk lebih bijak lagi memanfaatkan teknologi di era digital dirasa peting. Tentunya agar tekologi tidak malah menjadi momok retaknya rumah tangga muda.
“Angka perceraian di Indoensia sangat tinggi dan meningkat setiap tahun. Pada 2016 tercatat ada 356.633 kasus perceraian. Sekitar 70 persen kasus yang terjadi pada rumah tangga muda, dibawah usia pernikahan 5 tahun,” terang Rahmi Putri Dion, selaku Koordinator Dakwah Nasional Cordofa.
Peserta Bincang Keluarga Islami yang datang dari banyak wilayah di Jakarta. Bahkan luar Kota pun antusias dengan kegiatan tersebut. Kebanyakan dari mereka merupakan keluarga muda yang datang bersama anak mereka yang masih balita. Kegiatan yang dihadiri oleh beberapa pakar seperti Heni Sri Sundari (muslimah inspiratif), Ust. Harry Santoso (pakar parenting islami), dan public figure Terry Putri, serasa tak boleh terlewatkan.
“Saya sangat terinspirasi dengan kegiatan hari ini. Terutama dari Mbak Heni (Heni Sri Sundari) tadi,” terang Dian, peserta asal Bandung.
Kegiatan tersebut juga bertujuan untuk mendorong muslimah agar dapat memberikan suasana hangat di dalam keluarganya. Termasuk dalam hal kehangatan menggunakan teknologi, dengan penggunaan yang lebih bijak.
“Bincang Keluarga Islami mendorong muslimah agar menjadikan rumah tetap hangat. Sebab kita mampu mengelola teknologi bukan dikelola teknologi. Semoga tidak hanya sampai di sini, tetapi pasca ini banyak terbentuk forum diskusi kemuslimahan yang merespon isu-isu strategis terkait muslimah dan keluarga,” tambah Rahmi. (Dompet Dhuafa/Zul)