BANTEN — Berada di lingkungan strata sosial menengah ke bawah, membuat segenap ibu-ibu di Kecamatan Kragilan, Serang memiliki motivasi yang tinggi untuk bisa berdaya dan mandiri. Sayangnya stigma bahwa perempuan hanya bertugas menunggu suami pulang ke rumah, menjadikan mereka tak memiliki kesempatan banyak untuk merekah.
Pada tahun 2018, Dompet Dhuafa Cabang Banten menyadari semangat para ibu untuk berdaya. Ibu-ibu dengan keterbatasan ekonomi, namun memiliki semangat tinggi, menjadi alasan bagi Dompet Dhuafa untuk hadir ikut membersamai. Di tahun itu, Dompet Dhuafa Banten menginisiasi berdirinya Program Rumah Momong sebagai wadah belajar bagi para ibu prasejahtera agar dapat mengakses pendidikan keluarga. Visinya adalah untuk mewujudkan keluarga yang mampu mendidik dan membesarkan anak-anak yang tumbuh bahagia, cerdas, dan mandiri.
Guna mewujudkan kemandirian yang menjadi salah satu tujuan program ini, maka Dompet Dhuafa Banten menghadirkan sebuah program pemberdayaan. Dalam hal ini adalah budi daya teh bunga telang dengan nama produknya, yaitu Ambudhipa. Pemberdayaan ini bertujuan memberikan pendampingan pemberdayaan ekonomi melalui usaha pertanian organik. Saat ini ada sebanyak 35 perempuan yang menjadi penerima manfaat di Rumah Momong.
“Para ibu yang terlibat dalam program ini adalah mereka yang telah berkomitmen untuk terus mendukung pendidikan anak mereka ke jenjang setinggi mungkin,” jelas Nurul Amanah selaku Pendamping Program Rumah Momong, Minggu (4/2/2024).
Pada Juni 2023, Dompet Dhuafa Banten mulai mengintervensi permodalan berupa bibit dan pupuk untuk ditanam di halaman rumah masing-masing penerima manfaat. Penanaman dilakukan secara berkala di tiap minggunya pada bulan tersebut. Setelahnya, Dompet Dhuafa memberikan edukasi mengenai cara budi daya, pemetikan, pengeringan, hingga pengemasan.
Salah satu penerima manfaat program, Nur Asiah (48), mengaku bahwa sejak awal Rumah Momong hadir pada tahun 2018, ia selalu aktif mengikuti setiap kegiatannya. Selain karena memang ia sehari-hari hanya di rumah, alasan lain adalah karena ingin mengetahui bagaimana cara terlibat aktif dalam menciptakan keluarga yang sakinah dan berdaya.
“Kalau suami ya hanya serabutan. Seringnya menjadi buruh bangunan, kalau ada. Kadang mulung kalau nganggur banget. Kalau saya mah tinggal nunggu suami aja di rumah,” ucapnya sedikit tertawa.
Baca juga: Bersama PT Mayra Indonesia, Dompet Dhuafa Sokong Usaha Para Perempuan Difabel
Ia kemudian mengatakan bahwa semenjak adanya Rumah Momong, ia makin dekat dan hangat dengan sang suami. Di samping itu juga kedekatan antar anggota yang juga adalah tetangga-tetangganya menjadi lebih akrab. Ia juga terdorong untuk merancang kegiatan-kegiatan produktif, salah satunya yaitu budi daya bunga telang di pekarangan rumahnya.
“Bagus Rumah Momong ini. Saya senang. Kalau nggak ada halangan betul-betul ya saya pasti ikut datang di semua kegiatannya,” lanjutnya.
Pada program budi daya bunga telang, Asiah merupakan salah satu anggota yang cukup giat. Setiap pekan, bertepatan dengan kegiatan parenting pekanan, yakni pada hari Kamis, Asiah mampu menyetorkan bunga telang yang telah dikeringkan, seminimalnya 200 gram.
Bunga telang kering tersebut diterima oleh Nurul untuk kemudian diolah dan dikemas menjadi teh yang siap untuk dipasarkan. Hasil penyetoran bunga telang kering oleh setiap penerima manfaat, dikumpulkan dan dicatat pada buku tabungan. Nilai rupiah yang berhasil dihitung dan ditabung, sepenuhnya adalah hak si penerima manfaat. Dompet Dhuafa Banten hanya memfasilitasi perhitungan perolehan dan tabungannya saja.
Baca juga: Wanita di Papua Akhirnya Nikmati Daging Kurban Setelah 8 Tahun Masuk Islam
Sebelum bunga telang ini, Dompet Dhuafa Banten sempat hadir melakukan uji coba pemberdayaan warga melalui budi daya jamur tiram. Namun karena suhu yang terlalu tinggi, sehingga kurang cocok. Maka program pemberdayaan beralih pada budi daya bunga telang. Hingga saat ini, program budi daya ini belum mengalami kendala maupun kerugian. Bahkan, perkembangan program ini dari hari ke hari dirasa terus meningkat.
“Kendalanya kalau lagi begini ya paling hujan. Jadi mengeringkannya juga jadi agak lama. Kalau yang menjadi hama paling kambing dan ayam,” pungkas Asiah.
Agar program ini terus berkembang, Dompet Dhuafa memohon doa dan dukungan dari semua kalangan masyarakat. Berbagai masukan serta saran, hingga kritik pun dibuka secara luas kepada masyarakat. Alangkah baiknya jika program kebaikan ini mampu disinergikan dan dikolaborasikan dengan pihak maupun program serupa, sehingga mampu menjangkau penerima manfaat dan mengembangkan pemberdayaan ini secara lebih luas. (Dompet Dhuafa/Muthohar)