Asih (55), penerima manfaat Social Trust Fund (STF) Dompet Dhuafa saat membuka warung nasi uduk. (Foto: Dokumentasi STF Dompet Dhuafa)
Pagi itu, matahari di ufuk timur belum memperlihatkan pesona sinarnya. Namun, Asih (55) telah memulai aktivitasnya di pagi hari menyiapkan berbagai bahan nasi uduk. Di depan halaman rumahnya wilayah Cireundeu, Tangerang Selatan, ia berjualan nasi uduk. Ya, berjualan nasi uduk kini menjadi mata pencaharian Asih sejak di tinggal suami meninggal dunia beberapa tahun silam.
Bagi Asih, kehidupannya sehari-hari begitu terasa berat sejak kepergian suami tercintanya. Belum lama kepergian sang suami, ia kembali merasakan cobaan yang begitu berat. Putrinya yang tengah melahirkan pun telah pergi meninggalkannya akibat pendarahan saat melahirkan.
“Semua orang-orang yang saya cintai telah pergi. Tapi saya sangat bersyukur, saya masih punya cucu, jadi nggak sepi-sepi amat,” ujar Asih.
Bersama sang cucu, kini Asih berusaha merajut kehidupannya kembali. Sebelum berhasil membuka lapak berjualan nasi uduk di depan halaman rumahnya, dulunya ibu yang dikenal gigih ini menggantungkan hidupnya dengan berjualan lauk matang dengan berkeliling di sekitaran wilayah Cireundeu. Namun, usianya yang semakin sepuh membuatnya tidak lagi mampu melakukan aktivitas tersebut.
“Kaki pegel banget, badan pada sakit semua. Pengen rasanya bisa berjualan depan rumah, tapi nggak ada gubuknya,” ucapnya.
Keinginannya untuk memiliki gubuk untuk berjualan semakin membuat Asih ingin segera mewujudkannya. Namun, semua itu dirasa tak mungkin bagi ibu yang murah senyum ini, lantaran tak memiliki uang yang cukup untuk mendirikan sebuah gubuk sederhana sebagai tempat untuk mengais rezeki.
“Kalo ada rezeki, saya pasti langsung bangun gubuk buat jualan. Saya emang udah lama pengen punya tempat untuk berjualan,” paparnya.
Meski dalam kondisi keuangan yang sulit, Asih tak mau pantang menyerah. Berbagai usaha untuk mewujudkan keinginannya sempat dilakukannya dengan meminjam modal ke sejumlah kerabat dan tetangga terdekatnya. Namun, kehidupan ekonomi mereka yang juga pas-pasan membuat Asih tak tega meminjam sedikit uang untuk memenuhi keinginannya tersebut.
“Mereka juga buat makan sehari-hari pas-pasan. Saya nggak sampe hati minjam uangnya,” ujarnya.
Alhamdulillah, saat Asih membutuhkan modal usaha untuk membangun gubuk sederhanya, salah seorang kerabat dekatnya menginformasikan tentang Social Trust Fund (STF) Dompet Dhuafa dan menyarankannya untuk bergabung demi mendapatkan pinjaman modal usaha.
STF sendiri merupakan program ekonomi Dompet Dhuafa yang memainkan peran sebagai bank orang miskin. Transaksi dominan yang dikembangkan adalah berbasis kepada akad dana kebajikan (Qardhul Hasan), yakni meminjam dengan pengembalian tanpa tambahan bunga maupun bagi hasil.
Atas informasi yang diperolehnya dari kerabatnya tersebut, alhamdulillah Asih pun mendapatkan pinjaman modal usaha sebesar Rp 750 ribu dari STF Dompet Dhuafa wilayah Tangerang Selatan (Tangsel). Pinjaman modal tersebut dimanfaatkan langsung olehnya untuk membeli kayu bekas untuk membangun gubuk sederhana sebagai tempatnya untuk berjualan dan membeli beberapa bahan baku untuk berjualan nasi uduk seperti beras, minyak, dan kelapa.
Meski penghasilan yang diterimanya tidaklah menentu, namun Asih selalu bersyukur dan menerima apapun yang ditakdirkan Tuhan untuk keluarganya. Menurut Asih, pantang baginya untuk hidup dalam belas kasihan orang lain dan jatuh dalam keterpurukan.
“Allah senang sama manusia yang suka berusaha. Jadi, selama umur saya masih ada, saya akan terus berusaha untuk cucu saya,” pungkasnya. (uyang/gie)