SULAWESI TENGGARA — Sepulang mengajar, yang dilakukan Guru Ati adalah membantu usaha adiknya, yaitu usaha kopra (kelapa yang dikeringkan). Peran ganda yang ia jalankan ini adalah bentuk ikhtiarnya untuk mencukupi kebutuhan dirinya dan anak-anaknya sehari-hari. Pasalnya, sudah menjadi rahasia umum bahwa guru honorer tidak akan dapat mengandalkan upahnya untuk melengkapi kebutuhan sehari-hari. Belum lagi honor yang diterima belum tentu didapatnya setiap bulan, bahkan sering mundur selama 3-6 bulan.
Baca sebelumnya: Bukti Manfaat Zakat Mengangkat Martabat Dhuafa (Bagian Satu)
Guru Ati menyampaikan besar terima kasih kepada Dompet Dhuafa termasuk para muzakki dan donatur-donaturnya. Lewat penyaluran dana zakat yang ia terima berupa program SGI, dirinya mampu berdaya dan turut andil dalam membantu anak-anak di Pulau Wawonii meraih masa depan yang lebih cerah. Salah satu hal yang sangat membuatnya senang adalah tatkala pelajaran-pelajaran yang ia sampaikan diterima dengan baik oleh siswa-siswa didiknya hingga mereka memahami betul materi-materi yang diajarkan. Hal tersebut dirasakannya setelah mendapatkan metode-metode pengajaran dari SGI Master Teacher.
“Saya sampai tidak bisa menceritakan bagaimana senangnya saya, ketika saya mengajar kemudian anak-anak memahami. Ada rasa kepuasan yang besar pada diri saya. Itu saya dapatkan karena mengikuti SGI. Dari tahun 2005 saat saya mulai mengajar, yang saya kejar memang bukanlah uang. Kalau berfikirnya tentang uang, saya yakin pasti sudah terputus. Tapi kalau menjalaninya dengan hati, saya merasa bertanggung jawab penuh atas siswa-siswa yang saya ajar,” ucapnya.
Awal mula ia berkhidmat mengabdi menjadi pengajar adalah pada tahun 2005. Saat itu ada perekrutan guru honorer. Ia mencoba mendaftar dan diterima di SDN 6 Wawonii Barat ini. Beberapa bulan pertama ia merasa jauhnya tempat ia mengajar dari rumahnya. Namun karena rasa senang dan cintanya yang tinggi terhadap anak-anak, ia pun merasa senang mengajar meski dengan imbalan yang tak bisa diharapkan.
“Kadang saya berfikir kenapa saya masih bertahan, tapi di sisi lain saya memiliki tanggung jawab. Ketika saya berhenti mengajar bagaimana dengan anak-anak ini. Saya termotivasi dari situ. Kalau saya ingat-ingat, ilmu yang kita dapat di SGI bisa kita terapkan kepada anak-anak, itu yang paling berharga. Dulu saya pernah merasakan putus sekolah, setelah saya jadi guru, saya merasakan bagaimana pentingnya ilmu itu. Saya terus bersyukur, dengan adanya SGI ini, kami bisa tahu bahwa uang zakat itu manfaatnya sangat luar biasa dan akan terus mengalir di dalam tubuh kita,” pungkasnya.
Baca juga: Wisuda SGI Ke-44 Konawe Kepulauan, 25 Guru Siap Majukan Pendidikan Bangsa
Tonton juga: Kisah Guru Andriyawati – Mengabdi di Daerah Pedalaman
Faktanya, masing banyak guru yang butuh peningkatan keahlian dan keterampilan dalam kegiatan mengajar, terutama yang berada di pelosok negeri seperti Guru Andriyawati. Guru-guru ini lah yang mendampingi anak-anak negeri untuk meneruskan perjuangan-perjuangan bangsa. Untuk itu, melalui program pemberdayaan zakat melalui Sekolah Guru Indonesia (SGI) Dompet Dhuafa terus berupaya menjadikan guru semakin berdaya serta terampil dengan pelatihan dan pendampingan. Lewat zakat dikelola oleh Dompet Dhuafa, sudah ada lebih dari 7.000 guru yang merasakan manfaat program ini. (Dompet Dhuafa / Muthohar)