PALESTINA — Seminggu berlalu sejak Israel menyatakan perang dengan Hamas, Kementerian Kesehatan Palestina menyatakan bahwa korban meninggal dunia di negaranya telah menyentuh angka 2.670 jiwa per Minggu (15/10/2023). Ribuan jiwa tersebut meninggal akibat serangan udara Israel di Gaza.
Mengutip kantor berita Anadolu, melalui sebuah pernyataan resmi, Kemenkes Palestina mengatakan bahwa ada 750 anak yang menjadi korban tewas. Sementara itu, jumlah korban luka-luka meningkat menjadi 9.600 jiwa dan lebih dari 470.000 orang telah mengungsi akibat serangan Israel. Semua hal ini memperburuk penderitaan Palestina secara keseluruhan.
Menteri Kesehatan Palestina, Mai Alkaila, mengatakan bahwa 50 keluarga di negaranya telah menghilang atau dihapus seluruhnya dari catatan sipil karena mereka menjadi korban dari kekerasan Israel yang tengah berlangsung. Dia juga menyebut bahwa situasi Gaza saat ini dalam tingkatan “serius” dan menggambarkannya sebagai “bencana di semua tingkatan”.
Baca juga: Bangun Tuntutan Global, Hentikan Kekerasan Israel di Palestina, Bukan Saling Menyalahkan
Di luar itu semua, Alkaila juga mengatakan bahwa penduduknya kini terancam penyakit menular. Hal ini disebabkan oleh kepadatan penduduk juga kurangnya suplai listrik hingga air. Untuk itu, ia menekankan pentingnya tindakan internasional untuk mendesak dengan tegas kedua belah pihak yang bertikai untuk mengakhiri konflik.
Awal Mula Serangan Israel
Diketahui, pada akhir pekan lalu, saat ketegangan di Timur Tengah meningkat secara dramatis, pasukan Israel melancarkan serangan militer berkelanjutan terhadap Jalur Gaza sebagai tanggapan atas serangan militer oleh kelompok pejuang Hamas di wilayah Israel.
Serangan Hamas tersebut bukan lah tanpa alasan. Ini merupakan balasan dari rangkaian kekerasan yang dilakukan oleh pemukim Israel—yang dibiarkan oleh pemerintahnya—ke Yerusalem dan Tepi Barat. Menurut Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) PBB, pemukim Israel telah melakukan serangkaian serangan kekerasan terhadap warga Palestina—setidaknya 700 kali selama tahun 2023—di Tepi Barat. Angka ini merupakan angka penyerangan tertinggi yang pernah tercatat.
Baca juga: Dompet Dhuafa Serukan Solidaritas Untuk Palestina
Hamas memprakarsai Operasi Badai Al-Aqsa melawan Israel, sebuah serangan mendadak multi-cabang termasuk rentetan peluncuran roket dan infiltrasi ke Israel melalui darat, laut, dan udara. Operasi ini juga merupakan pembalasan atas penyerbuan dan pendudukan Masjid Al-Aqsa di Yerusalem Timur serta meningkatnya kekerasan pemukim Israel terhadap warga Palestina.
Geram, militer Israel kemudian melancarkan Operasi Pedang Besi terhadap pejuang Hamas di Jalur Gaza. Tak berhenti sampai di situ, respons Israel pun meluas hingga memberhentikan pasokan air dan listrik ke Gaza. Hal ini tentu makin memperburuk kondisi kehidupan di wilayah yang telah mengalami pengepungan yang melumpuhkan sejak tahun 2007. Lebih dari 1 juta warga Gaza di Jalur Utara telah diperintahkan untuk mengungsi ke wilayah selatan.
Bantu Warga Palestina
Sahabat, kini saudara-saudra kita di Gaza sedang berjuang untuk mempertahankan tanah mereka yang telah direbut secara bertahap oleh Israel. Namun tentu, kekerasan bukan lah hal yang perlu dinormalisasi. Ribuan jiwa tak berdosa telah gugur dengan sia-sia. Untuk itu, kita perlu mendorong terciptanya perdamaian di wilayah Israel dan Palestina. Meski tak terjun langsung ke lokasi bencana kemanusiaan, kamu tetap bisa berkontribusi membantu saudara-saudara kita di sana, melalui link di bawah ini.