BOGOR — “Kondisi kaki saya kecil, karena tidak mengalami pertumbuhan yang normal. Tetapi itu semua bukan jadi rintangan buat saya bekerja dan mencari nafkah. Saya punya tanggungan anak dan istri,” ucap Muhammad Jafar (41), sembari mengembangkan senyum bahagianya.
Muhammad Jafar berprofesi sebagai penjahit untuk menafkahi keluarganya. Dengan keterbatasan yang dimiliki, tak membuat pria berkulit sawo matang tersebut patah semangat. Anak dan istri adalah sumber semangatnya, demi mereka apapun ia lakukan. Mulai dari menjahit, mengurut, sampai memangkas rambut. Kondisi kedua kakinya yang kecil tak dijadikannya alasan untuk bermalas-malasan.
Jafar dan keluarga tinggal di rumah pemberian orang tua yang beralamat di Kampung Babakan, Rt 02/02, Desa Tarikolot, Kecamatan Citeureup, Bogor. Rumah itu sekaligus dijadikan tempat untuk jafar melakoni usaha menjahitnya.
Cobaan yang diterima bapak satu anak tersebut tak berhenti sampai di situ. Ia juga mengalami cobaan lagi di matanya. Seolah, tiada henti cobaan datang menerpanya.
“Saya mendapat ujian lagi dari Allah, mata sebelah kiri mengalami infeksi. Sehingga saya hanya dapat melihat dari mata sebelah kanan saja. Akibat infeksi, bola mata sebelah kiri saya diangkat dan diganti dengan bola mata palsu,” tuturnya.
Saat ini ia tengah fokus menggeluti usaha jahitnya. Ia mengerjakan dengan sungguh-sungguh setiap pesanan jahitnya walau dengan satu mata, hasil jahitannya tidak kalah dengan orang normal.
Mendengar informasi dari masyarakat tentang semangat pantang menyerah dan berpangku tangan yang dimiliki jafar di tengah keterbatasan fisiknya. Lembaga Pelayan Masyarakat (LPM) Dompet Dhuafa melalui program disabilitas mandiri mengapresiasinya dengan membelikan bahan-bahan jahit yang dibutuhkan senilai Rp. 1.000.000,-. Dengan bantuan tersebut diharapkan dapat menambah pemasukan Jafar. Sehingga dapat menerima banyak pesanan dengan bahan yang tersedia.
Disabilitas Mandiri merupakan Program yang memberikan bantuan modal usaha bagi keluarga disabilitas, agar mereka mendapatkan kemudahan dalam menjalankan aktivitas kesehariannya. Karena banyak disabilitas yang berjuang keras dalam menjalani kehidupannya. Mereka tidak menjadikan keterbatasan fisik sebagai pembenaran dalam menunggu belas kasihan orang. Maka program tersebut hadir, sebagai salah satu bentuk dorongan moril kepada mereka, dan membantu meringankan atau memberikan kemudahan dalam beraktivitas. (Dompet Dhuafa/Rifai LPM)