Kebebasan Berekspresi: Catatan Perjalanan Dai Ambassador Dompet Dhuafa 2023 Setiba di Australia

catatan-perjalanan-dai-ambassador-dompet-dhuafa

AUSTRALIA — Dai Ambassador Dompet Dhuafa 2023 resmi diberangkatkan usai seremonial pelepasan ke-14 negara di Gedung Philantropy, Jakarta Selatan, pada Senin (20/03/2023). Melalui Departemen Layanan Dakwah Dompet Dhuafa, para Dai ini ditugaskan untuk mensyiarkan agama Islam dengan sasaran umat muslim yang tinggal di luar negeri, terkait keislaman dan Ziswaf. Adapun salah satu negara yang dituju adalah Australia.

Di tahun-tahun sebelumnya, Dai yang diberangkatkan ke Australia hanya ada satu, namun kini ada empat Dai yang pergi berdakwah ke Negeri Kanguru itu. Keempat Dai tersebut adalah Ustaz Dr. H. May. Dedu, Lc, M.Esy, Ustaz Deni Hamdani, M.Ag, Ustaz Yendri Junaidi, Lc, MA dan Ustaz Samsul Fajeri.

“Ini kali kedua saya menginjakkan kaki di Sydney, Australia. Kalau tahun 2017 silam saya sendirian, maka tahun 2023 ini kami datang berempat; utusan Dompet Dhuafa untuk berdakwah selama Ramadhan 1444 H di Australia,” ungkap Ustaz Yendri Junaidi dalam catatan perjalanannya kepada Dompet Dhuafa di Jakarta.

Baca juga: Syiarkan ZISWAF ke Mancanegara, Dompet Dhuafa Gelar Seremonial Pelepasan Dai Ambassador

dai-ambassador
Kiri ke kanan: Ustaz Endang Kosasih, Ustaz Ahmad Shonhaji (Direktur Layanan Sosial, Dakwah dan Budaya), Rahmad Riyadi (Ketua Yayasan Dompet Dhuafa Republika), Yayat Supriyatna (Sekretaris Yayasan Dompet Dhuafa Republika), Suci N Qadarsih (Ketua Ramadan 1444 H Dompet Dhuafa) pada Seremonial pelepasan Dai Ambassador Dompet Dhuafa 2023 di Gedung Philanthropy.

Udara di Sydney kini sedang dalam masa-masa peralihan, dari musim panas ke musim dingin. Sesampainya di sana, Dai Ambassador Dompet Dhuafa yang baru saja tiba langsung disambut oleh Ustaz Cecep Haji Solehudin, Lc. selaku Pimpinan Dompet Dhuafa Australia. Beliau menjemput para Dai dari bandara menuju kantor pusat Dompet Dhuafa Australia di Bankstown, Sydney.

Dalam perjalanan menuju kantor Dompet Dhuafa, Ustaz Cecep pun bercerita.

“Di antara budaya Australia itu mengungkapkan sesuatu secara apa adanya. Tidak terlalu ‘mempertimbangkan’ perasaan atau respons orang lain. Ini juga ada pada anak-anak. Maka kalau antum mengajar anak-anak dan ia mengungkapkan bahwa ia tidak suka cara ini, tidak nyaman cara itu, dan sebagainya, antum jangan langsung tersinggung. Begitulah budaya di sini. Mungkin ini berbeda dengan budaya kita sebagai orang Asia apalagi Melayu,” kisahnya.

Menanggapi cerita di atas, ustaz Yendri mengatakan, “Saya melihat hal ini ada positif dan tentu ada negatifnya. Positifnya, kebebasan dalam mengekspresikan perasaan dan pendapat adalah bukti pribadi yang sehat.”

Baca juga: Dompet Dhuafa Gelar Training Dai Ambassador 2023, Siap Berdakwah ke Penjuru Dunia

catatan-perjalanan-dai-ambassador-dompet-dhuafa
Dari kiri ke kanan: May Dedu, Deni Hamdani, Yendri Junaidi, dan Samsul Fajeri.

Ia juga memaparkan bahwa dalam banyak hadis, Rasulullah Saw memang mengekspresikan apa yang dirasakannya secara apa adanya. Dalam sebuah hadis sahih diriwayatkan:

عَنِ ابْنِ مَسْعُودٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: سَمِعْتُ رَجُلًا قَرَأَ آيَةً، وَسَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقْرَأُ خِلاَفَهَا، فَجِئْتُ بِهِ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَخْبَرْتُهُ، فَعَرَفْتُ فِي وَجْهِهِ الكَرَاهِيَةَ، وَقَالَ: «كِلاَكُمَا مُحْسِنٌ، وَلاَ تَخْتَلِفُوا، فَإِنَّ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمُ اخْتَلَفُوا فَهَلَكُوا

Dari Ibnu Mas’ud ra, ia berkata: “Aku mendengar seseorang membaca ayat. Sementara aku pernah mendengar Nabi Saw membaca ayat yang sama dengan cara yang berbeda. Aku pun membawa orang itu menghadap Nabi Saw. Aku menyampaikan pada Nabi Saw hal tadi. Aku melihat di wajah Nabi ekspresi tidak suka. Lalu beliau bersabda: “Kalian berdua benar. Janganlah berselisih. Sesungguhnya umat sebelum kalian berselisih akhirnya mereka binasa.””

Lebih lanjut, Ustaz Yendri menjelaskan bahwa Nabi Saw menampakkan ekspresi ketidaksukaan secara apa adanya, sehingga terlihat jelas oleh Ibnu Mas’ud.  Nabi tidak menampakkan senyum ‘palsu’, sementara dalam hati tidak suka. Apa yang terasa dalam hati itulah yang tampak di wajah.

Baca juga: Kemenag dan Kemlu Apresiasi Para Dai Ambassador

“Itu merupakan sisi positifnya. Sisi negatifnya ketika kebebasan berekspresi itu tidak mempertimbangkan situasi, kondisi, dan karakter orang yang diajak bicara. Tentu hal ini akan membuat komunikasi tidak lancer, karena ada yang merasa tidak dihargai, sehingga tidak merasa nyaman,” tulis ustaz Yendri.

Karena itu, menurutnya kebebasan berekspresi mesti juga memperhatikan perbedaan kultur dan karakter orang-orang yang kita ajak berinteraksi agar komunikasi tetap lancar dan tidak mengalami kendala yang berarti.

Wallahu a’lam…

(Dompet Dhuafa/Yendri Junaidi, Lc, MA/Awalia R)