Ceriping Robanna, Gurihnya Pemberdayaan Mahasiswa Etos Semarang (Bagian 1)

SEMARANG — Dusun Krasak, Kelurahan Rowosari, Kecamatan Tembalang, Kota Semarang, merupakan daerah dengan populasi pohon pisang yang banyak. Nyaris di sepanjang jalan di wilayah tersebut, ditumbuhi dengan pohon tersebut. Walau kebanyakan warganya berprofesi sebagai petani sawah, namun warga memanfaatkan lahan yang tidak terpakai dengan pohon pisang, tak lain untuk menambah pemasukan. Namun sayang, warga tidak memanfatkannya secara optimal. Pisang hanya dijual tanpa ada pengolahan sebelumnya. Alhasil, semelimpah apapun pisang, tetap saja tidak berdampak besar bagi warga.

Sampai pada 2009, mahasiswa Bea Studi Etos Dompet Dhuafa chapter Semarang mendatangi dusun tersebut. Terheran dengan sumber daya pisang yang melimpah, divisi ekonomi perhimpunan beasiswa, merasa dapat memberikan pemikirannya untuk memberdayakan warga setempat. Sehingga muncul produk Ceriping Pisang Robanna.

Salah satu produsennya ialah Ngatiyem (58), nenek enam cucu yang merasakan manfaat dari pengolahan pisang tersebut. Bagi Ngatiyem, dulunya pisang hanyalah produk pinggiran yang tidak begitu bernilai. Ketika para mahasiswa Etos datang, ia terbuka dan mulai mencoba menggeluti produk ceriping tersebut.

“Dulu saya jual pisang ya cuma buahnya saja. Sebelum matang biasanya ada pengepul yang datang. Hasilnya nggak seberapa,” terang Ngatiyem.

Sejak 2009, Ngatiyem, bersama beberapa ibu lain di dusun Krasak, tidak lagi menjual pisang dengan cara kovensional. Dengan bimbingan dari mahasiswa Etos Semarang, berbagai produk kreatif berbahan dasar pisang pun bermunculan. Hingga kini, ada setidaknya delapan variant rasa ceriping Robanna hasil produk ibu-ibu di Dusun Krasak. Bahkan pemanfaatan produk turunan tidak hanya berhenti pada buah pisang. Bagian lain dari pohon pisang, seperti jantung pisang, bonggol pisang, hingga daun pisang dimanfaatkan untuk menjadi produk dengan nilai ekonomi tinggi.

“Kita buat semua jadi banyak rasa, ada coklat, keju, tiramisu dll, ada sekitar delapan rasa. Bahkan kita juga bikin dendeng jantung pisang, keripik bonggol pisang, dan terakhir kita juga ada es cendol daun pisang,” tambah Ngatiyem.

Setiap bulannya, dengan sistem pre-order, setidaknya Ngatiyem dan kawan-kawan bisa menghabiskan hingga 60 kg pisang. Dari jumlah tersebut ia dapat menghasilkan hingga 500 pcs Ceriping Robbana. Ngatiyem dan ibu-ibu di dusun Krasak pun mendapatkan tambahan penghasilan sekitar Rp. 300-500 ribu per bulan. Ngatiyem yang seorang pedagang sayur keliling, bisa mendapatkan tambahan penghasilan setiap ia pulang bekerja.

“Senang sekali, alhamdulillah lah, wong iso etuk duit (lha kan bisa dapat uang),” canda Ngatiyem. (Dompet Dhuafa/Zul)