AUCKLAND — Dua bulan setelah tragedi Christchurch, salah satu Da’i ambasador Dompet Dhuafa, Kopri Nurzen, mengisahkan suasana Ramadhan di New Zealand. Dengan nuansa Islam yang ada di antara kemajemukan masyarakat di sana.
Tidak dimungkiri bahwa tragedi Christchurch telah melukai bukan hanya hati umat muslim, namun juga hati masyarakat New Zealand. Oleh karena itu, soliditas masyarakat di sana kepada muslim semakin tinggi. Sebelum Ramadhan, sering ditemui pengawalan ketika sholat Jumat oleh masyarakat non-muslim di New Zealand.
Tak berbeda juga ketika Ramadhan. Bukan hanya menjadi bulan besar bagi umat muslim, kehadiran Ramadhan menjadi bulan istimewa bagi masyarakat New Zealand secara umum tahun ini. Ketika malam dan waktu sholat Tarawih tiba, kepolisian setempat kompak mengawal untuk memberikan kenyamanan beribadah bagi umat muslim di sana. Suatu bentuk dukungan atas tragedi yang terjadi beberapa waktu lalu. Tidak ada suasana mencekam seperti dulu, berganti dengan kekhusyuan beribadah. Ramadhan di Auckland, New Zealand terasa lebih istimewa dan damai.
“Setiap tarawih Masjid-masjid dijaga oleh polisi dengan senjata laras panjang untuk memberikan kenyamanan kepada orang-orang yang shalat. Hal tersebut sebagai bentuk dukungan pemerintah New Zealand kepada umat Islam pasca peristiwa penembakan di Cristchurch beberapa waktu lalu,” terang Kopri.
Terlepas dari kejadian Christchurch, sejak lama New Zealand sudah menjadi tanah bagi banyak etnis. Mayoritas penduduknya yang merupakan pendatang membuat New Zealand menjadi negara dengan tingkat toleransi tinggi. Tidak hanya masyarakat yang heterogen, umat muslim di New Zealand juga berasal dari latar belakang etnis beraneka ragam. Semua kemajemukan tersebut terbalut dalam satu nilai yang sama, yaitu ukhuwah Islamiyah.
“Umat Islam di sini terdiri dari berbagai macam etnis dan negara asal, namun diikat dengan semangat ukhuwah Islamiyah yang sangat kuat. Ada yang berasal dari Fiji, India, Pakistan, Bangladesh, Timur Tengah, Asia Tenggara, China, Eropa, Afrika dan sebagainya. Semua menyatu dalam shaf-shaf shalat tarawih dan shalat fardhu yang lima waktu,” aku Kopri.
Kini, Kopri dan kolega sesama da’i Ambasador Dompet Dhuafa di New Zealand sedang mengemban tugas menyampaikannya syiar Islam. Pesan-pesan perdamaian yang merupakan intisari dari ajaran Islam akan terus dikumandangkan di bumi Selandia Baru selama Ramadhan ini. (Dompet Dhuafa/Kopri Nurzen, Dai Ambassador Penempatan New Zealand/Zul)