KAIRO, MESIR — Perang meninggalkan bekas yang tak berkesudahan. Trauma pada masyarakat, terutama anak-anak, yang akan berdampak panjang hingga mereka meninggalkan dunia. Menukil dari sejarah panjang umat Islam, Tanah Palestina selalu menjadi ladang jihad peperangan antara yang hak dan bathil, yang benar dan salah. Tentu korban yang berjatuhan lebih banyak pada masyarakat sipil, anak-anak, wanita, lansia tak pandang bulu. Untuk itu, relawan kemanusiaan pun dibutuhkan.
Palestina membutuhkan relawan kemanusiaan yang siap sedia terlibat membantu di lapangan. Seperti Mush’ab Ali Yusuf, yang menjadi relawan kemanusiaan di Gaza. Baginya, menjadi relawan di tanah suci itu adalah kebanggaan tersendiri. Sebab, ia bisa ikut merasakan kesulitan yang dihadapi oleh para penyintas di Gaza. Ya, Mush’ab Ali Yusuf lahir di Gaza, namun ia tinggal dan tumbuh di Turki hingga hari ini. Ia seseorang dengan kepribadian yang menyenangkan.
Mush’ab telah cukup lama berkecimpung dalam dunia kerelawanan, terutama di Gaza, Palestina. Lembaga Kemanusiaan Dompet Dhuafa dari Indonesia adalah organisasi yang tidak asing baginya. Ia mengenal Dompet Dhuafa sudah cukup lama, terutama dalam penanganan bencana seperti di Turki, Gaza, dan Tepi Barat.
Kali ini di Kairo, Mesir, ia menjadi bagian dari mitra lokal yang membantu proses pengadaan, pemilihan, pengemasan, pemuatan, dan pengiriman berbagai barang kebutuhan untuk rakyat Gaza. Pengalaman dan pemahamannya akan masyarakat lokal yang cukup tinggi sangat memudahkan Tim Kemanusiaan Dompet Dhuafa di Kairo untuk mencari kebutuhan bantuan untuk rakyat Palestina.
Dengan relasinya di dunia kemanusiaan dan jaringan food supplies yang cukup luas, persiapan logistik Truk Kemanusiaan menjadi cepat terpenuhi. Sehingga, kami tidak perlu berlama-lama dalam mencari mitra pengadaan. Karena pengalamannya pula, tim kemanusiaan Dompet Dhuafa jadi tahu mana barang yang sangat dibutuhkan dalam kondisi seperti sekarang ini. Saat ini, Gaza memasuki musim dingin dengan suhu bisa mencapai hampir di bawah 50 celsius, tentu ini akan sangat menyulitkan para penyintas di sana.
Ia pun bercerita bagaimana kerap kali harus berpisah dengan keluarganya, istri, dan ketiga anaknya, demi untuk terlibat dalam aksi-aksi kemanusiaan, terutama di Gaza dan Tepi Barat. Baginya, keluarga adalah hal yang sangat utama, karena itulah ia sangat peduli dengan para penyintas di daerah konflik.
Mush’ab sering kali menyampaikan keheranannya terhadap orang-orang Indonesia yang kerap kali memberikan bantuan untuk negara-negara yang tertimpa musibah. Dia membandingkan dengan orang Arab yang pada kenyataannya adalah kaum kaya, namun sangat kurang kepeduliannya.
“Terima kasih rakyat Indonesia, terima kasih Dompet Dhuafa, kalian saudara kami yang terbaik,” adalah kata-kata yang sering kali diucapkan. Hal ini menyiratkan perasaan sebagian besar orang Palestina atas kemurahan hati masyarakat Indonesia. (Dompet Dhuafa/DMulyadi)