JAKARTA — Pada Selasa, 15 Oktober 2024, Dompet Dhuafa menghelat kegiatan DIKSIKU (Diskusi Isi Buku) Cinta Sejati Syar’i karya Prof Dr H Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM, di Lobby Philanthropy Building, Jakarta Selatan. Buku ini mengisahkan perjalanan rumah tangga selama 41 tahun dari Prof Amin Suma dan istrinya, Kholiyah, bersama 13 anaknya. Kisah inspiratif pasangan yang akrab disapa MAS KHOL ini telah menjadi motivasi bagi banyak pasangan muda yang sedang dan akan meniti jalan #RumahkuSurgaku.
Dalam diskusi tersebut, Prof Amin berbagi pandangannya mengenai buku ini. Beliau menekankan pentingnya perspektif orang lain dalam menilai sebuah kisah. Dengan demikian, buku ini tidak hanya menjadi cerita pribadi, melainkan juga sebuah refleksi yang lebih objektif.
Guru Besar Syariah FSH UIN Syarif Hidayatullah Jakarta itu menyampaikan, “Mudah-mudahan, supaya buku ini tidak hanya muncul dari mulut saya, maka saya minta komentar dari orang lain yang tahu tentang kondisi kehidupan keluarga kami ini. Mulai dari mahasiswa, tetangga, yang pada saat itu kami masih menjadi kontraktor (tinggal di rumah kontrakan)”.
Dengan banyaknya komentar yang ada, ia berharap buku ini dapat diakui secara objektif oleh banyak orang, bukan hanya berdasarkan pandangan si penulis yang memiliki kelemahan. Sebab, ia ingin buku yang ditulisnya ini dapat benar-benar layak menginspirasi dan memotivasi orang lain, sebagaimana alasan saat mulai menulisnya.
Baca juga: Berserah Bukan Menyerah: Rahasia Keluarga Harmonis ala Prof. Amin Suma
Selanjutnya, sesi tanggapan dipandu oleh Asep Sapaat, GM SDI dan Umum Dompet Dhuafa. Ia menjelaskan bahwa dalam buku Cinta Sejati Syar’i, Dewan Pengawas Syariah Dompet Dhuafa itu menceritakan bagaimana ia menjaga fitrah cinta dengan lawan jenis sambil tetap mengelolanya sesuai syariat, yang tentu saja itu merupakan hasil didikan orang tuanya. Prof Amin dan Kholiyah telah saling mengenal sejak kecil hingga tergabung dalam organisasi Himpunan Mahasiswa Banten, di mana Prof Amin menjabat sebagai ketua dan Kholiyah sebagai sekretaris.
“Perjalanan pernikahan beliau saya pikir tidak akan pernah bisa sama dengan kita. Namun prinsip-prinsipnya yang memang bisa kita ambil hikmahnya,” jelasnya.
Pada buku ini, Prof Amin menyampaikan tujuh asas pembinaan dan pembangunan rumah tangga hingga mendapatkan cinta yang sejati:
- Lebih baik ada bukti tanpa janji daripada janji tanpa bukti.
- Keteladanan melalui perbuatan.
- Membangun komunikasi yang intensif dan berkualitas.
- Mengakui kesalahan secara objektif dan sportif.
- Memberikan penghargaan dan dukungan atas prestasi anak.
- Menjadikan silaturahmi keluarga sebagai sarana merawat persaudaraan.
- Mendoakan dengan tulus, khusus, dan fokus.
Menurut Asep, buku setebal 797 halaman dengan ISBN 978-602-8100-19-9 itu dapat dibaca dalam waktu 30-60 menit, terutama jika fokus pada bagian-bagian utama. Sebab, sisanya berisi contoh konkret mengenai bagaimana beliau membangun pembentukan, perawatan, kesyukuran, dan kenikmatan KELUARGA KHOLAM hingga sekarang.
Baca juga: Suara dari Gaza: Sebuah Novel tentang Perjuangan dan Kebenaran
Prof Amin konsisten menggunakan istilah seperti membangun, merawat, dan mensyukuri dalam bukunya, yang tersebar di berbagai halaman. Ia juga memohon kepada Allah agar dijauhkan dari sikap ujub, meyakini bahwa banyak keluarga lain yang lebih sukses. Baginya, buku ini merupakan ungkapan rasa syukur kepada Allah atas ilmu yang diperoleh dari perjalanan panjang membangun rumah tangga.
Asep kemudian menekankan bahwa prinsip-prinsip yang diambil dari pengalamannya bisa menjadi pelajaran berharga meski perjalanan pernikahannya berbeda dengan yang lain. Prof Amin, seorang akademisi, menulis buku ini dengan pendekatan ilmiah, menyertakan definisi, konsep, kutipan, referensi dari Al-Qur’an, Sunnah, undang-undang, hingga kajian ilmiah.
Saat membaca buku ini, pembaca disarankan untuk melakukannya dengan penuh perhatian dan refleksi, karena banyak ilmu yang bisa diambil tentang cara menemukan pasangan sejati dan membangun hubungan yang kuat.
“Dari awal begitu baca, teringat dan terbayang akan pernikahan orang tua saya. membaca buku ini sepertinya tidak cocok memakai cara speed reading. Baiknya dibaca dengan khidmat sambil merenung. Di sini ada banyak ilmu tentang bagaimana mencari pasangan yang sejati. Kemudian kalau sudah ketemu nanti bagaimana membangunnya,” ucap Asep.
Baca juga: Luncurkan Buku Reportase Puitis, Parni Hadi Padukan 5W 1H dengan Olah Rasa
Prof Amin memilih untuk membangun cinta, bukan sekadar jatuh cinta. Sebagai pemimpin keluarga, ia mengedepankan nilai-nilai ilahi dan hukum negara, dengan prinsip bahwa putra-putrinya harus menikah di usia 21 tahun dan paling lambat 25 tahun. Dari segi syariah yang lain, MAS dan KHOL sangat memegang teguh ketentuan Islam yang mengharuskan menyusui anak sekurangnya dua tahun. Secara tegas, Prof Amin pun mengatakan bahwa ke-13 anaknya tidak ada yang tidak mendapatkan air susu ibu kurang dari dua tahun.
Keluarga MAS KHOL adalah contoh keluarga yang dibangun di atas nilai pendidikan, di mana Ibu Kholiyah bekerja sebagai guru. Meskipun Prof Amin tidak pernah memaksakan kehendak kepada anak-anaknya, ia menekankan pentingnya pendidikan. Saat ini, dari 11 anaknya yang masih hidup, dua telah bergelar S1, tujuh bergelar S2, dan dua masih menempuh pendidikan di S1, dengan berbagai bidang studi.
Anak-anak dan menantunya mencakup seorang dokter umum, dua dokter spesialis, empat sarjana ekonomi, satu sarjana psikologi, satu sarjana ilmu kimia, dua sarjana ilmu komputer, dua sarjana ilmu informatika, satu sarjana hubungan internasional, dan satu sarjana hukum. Hanya satu di antara mereka yang mengikuti jejak Prof Amin di bidang hukum, menunjukkan bahwa beliau menghargai pilihan pendidikan anak-anaknya. (Dompet Dhuafa)
Teks dan foto: Riza Muthohar
Penyunting: Dhika