Cuaca Ekstrem hingga Jalan Rusak Hambat Proses Evakuasi Korban Gempa Turkiye, Warga Gali Reruntuhan Sendiri

gempa-turkiye

TURKIYE – Bencana gempa besar berkekuatan 7,8 magnitudo yang melanda Turkiye pada Senin (6/2/2023) telah menewaskan setidaknya 7.800 orang. Melansir Reuters, Wakil Presiden Turki, Fuat Oktay mengatakan bahwa korban tewas di Turkiye meningkat menjadi 5.894 dan 34 ribu orang terluka pada Selasa (7/2/2023).

Sementara itu, jumlah korban di Suriah setidaknya telah mencapai 1.932 jiwa. Otoritas Turkiye menyebut, sekitar 13,5 juta orang di wilayah yang membentang dari Adana hingga Diyarbarkir serta dari Malatya hingga Hatay terkena dampak dari gempa mematikan ini. Tercatat, 5.775 bangunan juga telah hancur.

Lebih lanjut, Juru Bicara UNICEF, James Elder memperkirakan bahwa ribuan anak telah meninggal dunia akibat bencana gempa ini. “Gempa besar ini mungkin telah membunuh ribuan anak,” kata Elder kepada Reuters.

Baca juga: Dompet Dhuafa Kirim Bantuan Kebutuhan Dasar & Mendesak Bagi Korban Gempa Turkiye

gempa-turki

Sejauh ini, proses evakuasi oleh tim rescue terhambat oleh cuaca buruk dan musim dingin yang sangat ekstrem. Padahal, mereka harus terus berpacu dengan waktu, mengingat kemungkinan masih banyak korban di bawah puing-puing reruntuhan yang dapat diselamatkan.

“Sekarang (tim penyelamat) berpacu dengan waktu. Setiap menit, setiap jam berlalu, peluang untuk menemukan orang yang selamat makin berkurang,” kata Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus.

Selain itu, perjalanan tim rescue untuk dapat mencapai daerah-daerah yang terdampak parah juga terhalang oleh jalanan yang hancur, tidak adanya sumber daya dan alat berat. Bahkan, beberapa daerah tidak memiliki bahan bakar dan listrik.

“Infrastruktur rusak, jalan yang biasa kami gunakan untuk pekerjaan kemanusiaan rusak,” kata Koordinator Residen PBB El-Mostafa Benlamlih, dikutip dari Reuters.

Baca juga: Turki Diguncang Gempa 7,8 M, Ratusan Jiwa Meninggal Dunia, Dompet Dhuafa Kirimkan Bantuan

gempa-turki

Lebih dari 12 ribu personel pencarian dan penyelamatan Turki terus bekerja di lokasi yang terkena dampak, bersama dengan 9 ribu tentara Turki. Lebih dari 70 negara juga telah menawarkan bantuan, termasuk Indonesia. Wilayah yang terdampak gempa di Turkiye dan Suriah ini sangat luas, bahkan personil tim rescue yang jumlahnya belasan ribu itu tidak dapat mengcover wilayah lain yang membutuhkan tim rescue.

Salah satu wilayah yang masih kekurangan tim rescue adalah Antakya, Ibu Kota Provinsi Hatay yang berbatasan dengan Suriah. Di sana, jumlah tim rescue yang bergerak di lapangan sangat sedikit. Hal ini lantas membuat para penduduk mencoba menggali sendiri puing-puing reruntuhan dengan tangan telanjang tanpa sarung tangan atau peralatan khusus, demi bisa menemukan keluarga mereka.

“Areanya sangat luas. Saya belum pernah melihat yang seperti ini sebelumnya,” kata Johannes Gust dari Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Jerman saat memuat peralatan ke sebuah truk di bandara Adana.

Baca juga: Belajar Pengembangan Wakaf dari Turki

Turkiye Dalam Keadaan Darurat

Pasca bencana gempa besar ini, Presiden Turkiye, Tayyip Erdogan pun telah memberlakukan status keadaan darurat di 10 provinsi yang terdampak gempa untuk tiga bulan ke depan. Selain itu, Erdogan juga mengatakan bahwa pemerintah akan membuka hotel di pusat pariwisata Antalya untuk menampung orang-orang yang terkena dampak gempa, sementara waktu.

Namun, masyarakat di beberapa kota di Turkiye yang terdampak gempa justru menyuarakan kemarahan dan keputusasaan terhadap Pemerintah Turkiye. Mereka menilai, respons pemerintah atas bencana ini sangat lambat dan tidak memadai. Padahal gempa ini termasuk gempa paling mematikan yang pernah terjadi di Turkiye, setelah Gempa Izmit di tahun 1999 yang menewaskan 17 ribu orang.

“Bahkan tidak ada satu orang pun di sini. Kami berada di bawah salju, tanpa rumah, tanpa apa pun. Apa yang harus saya lakukan, ke mana saya harus pergi?” kata Murat Alinak, seorang warga yang kehilangan rumah dan kerabatnya.

BANTU TURKIYE DAN SURIAH