KOREA SELATAN — “Imam, tolong ajarkan saya cara membaca Al-Qur’an. Saya lupa. Dulu waktu kecil saya pernah mempelajarinya,” kata Soklat, seorang anak muda asal Uzbekistan, dengan bahasa Korea kepada Ustadz Alnof, Dai Ambassador Dompet Dhuafa, saat halaqah tilawah Al-Qur’an seusai Tarawih di Masjid Al-Ikhlas Yongin Gyeonggi Do, Korea Selatan, beberapa waktu lalu.
Malam itu, Ustadz Alnof mengajak semua jamaah untuk kembali membuat halaqah tilawah Al-Qur’an. Seperti malam-malam sebelumnya, jamaah mulai melingkar. Edi, pencatat informasi halaqah, menyampaikan bahwa tilawah malam ini dimulai dari juz 26. Ustadz Alnof dan peserta halaqahnya langsung mengambil jatah tilawah juz 26. Halaqah yang lain melanjutkannya dengan juz 27 dan seterusnya.
Dalam halaqah Ustadz Alnof, ternyata baru dua WNI yang bergabung. Sebelum pembagian tugas tilawah dalam halaqah, datang seorang anak muda ganteng berkulit putih bersih dengan jenggot tipis dan rapi. Ia duduk persis di samping Ustadz Alnof. Tangannya memegang Al-Qur’an, yang terlihat seperti seorang yang menunggu pembagian jatah tilawahnya. “Nama saya Soklat,” katanya sambil mengulurkan tangan untuk bersalaman memperkenalkan diri.
Ustadz Alnof lalu memintanya membaca dua halaman pertama juz ke 26. Tapi Soklat nampak kebingungan. Dia tidak langsung mencari bagian ayat yang menjadi jatahnya. Ustadz Alnof membantu mencarikan bagian ayat yang akan dibacanya. Setelah menemukan ayat tersebut, Ustadz menunjukkan kepada Soklat. Namun Soklat justru berkata, “Saya tidak bisa membacanya. Dulu saya bisa. Waktu kecil saya pernah mempelajarinya”. Ustadz Alnof menanggapi Soklat, “Oh, baik. Kalau begitu, kamu duduk saja di sini sementara. Setelah saya tilawah, kita berbicara lagi”. Malam itu Soklat tidak jadi membaca Al-Qur’an. Jatah tilawah untuk Soklat diambil alih oleh Ustadz Alnof.
Ustadz Alnof memulai membaca juz 26. Soklat duduk disampingnya sambil memegang mushaf Al-Qur’an. Ia berusaha fokus menyimak tilawah Ustadz Alnof. Dengan sabar, Soklat menunggu Ustadz Alnof menyelesaikan tilawah. Setelah Ustadz Alnof selesai tilawah, Soklat mendekat dan berkata “Imam, tolong ajarkan saya cara membaca Al-Qur’an”.
Karena Soklat hanya bisa berbahasa Korea, Ustadz Alnof dibantu WNI yang cakap berbahasa Korea. Soklat memulai belajar mengenal huruf Hijaiyah dan cara membacanya dengan metode Baghdadiyah. Setelah kejadian itu, Soklat semakin semangat hadir di Masjid Al-Ikhlas Yongin. Ia ikut ifthar, shalat tarawih dan belajar membaca Al-Qur’an. Bahkan, ia rajin membantu membereskan perlengkapan-perlengkapan pengajian ketika kegiatan tersebut usai.
Halaqah tilawah Al-Qur’an setiap malam Ramadhan setelah selesai menunaikan shalat tarawih menjadi keistiqomahan jamaah Masjid Al-Ikhlas Yongin Gyeonggi Do, Korea Selatan. Setiap juz dibaca oleh empat orang. Tilawah dimulai dari awal Al-Qur’an sampai selesai dan berkesinambungan. Menariknya, halaqah al-Qur’an ini selalu ditemani oleh makanan ringan, buah-buahan, dan minuman yang dimasak oleh WNI yang kejatahan piket memasak. (Dompet Dhuafa/Ustadz Alnof, Dai Ambassador Dompet Dhuafa)