KARAWANG — “Kami bahkan tak mendapatkan akses listrik dan hanya memanfaatkan air tadah hujan sebagai pemenuh kebutuhan sehari-hari. Kondisi inilah yang masih membebani warga di sini,” ujar Tejo, Ketua Paguyuban Petani Teluk Jambe. Untuk menuju situasi semula, mereka membutuhkan dukungan dan pendampingan yang intensif. Sejak mereka mengungsi ke Jakarta selama lima bulan, Dompet Dhuafa mensuplai kebutuhan dasar dan memfasilitasi pertemuan-pertemuan dengan pemerintah.
Selain gelaran doa bersama dan peletakan batu pertama pada Rabu (18/10) sore, Tim Layanan Kesehatan Cuma-cuma (LKC) Dompet Dhuafa, melengkapi aksi pendampingan kesehatan tidak jauh dari lokasi pembangunan masjid pertama, yang sangat dinantikan kehadirannya oleh warga. Pun hujan sore itu tidak mengurangi antusias warga untuk saling bergantian melakukan konsultasi kesehatan. Sari, warga Teluk Jambe, bercerita disela-sela antrean, “Kami senang sekali ada pemeriksaan kesehatan dari Dompet Dhuafa. Karena wajar saja, dengan kondisi seperti ini kami tidak mengutamakan kebersihan dan kesehatan. Apalagi sedang musim hujan begini”.
Dr. Lidia, selaku pendamping kesehatan LKC, mengatakan, “Kami hadir dengan harapan bisa mengedukasi masyarakat bahwa kesehatan adalah hal utama. Ciptakan solusi pada kesehatan agar dapat lebih mandiri. Air bersih dan tempat tinggal memang menjadi masalah utama masyarakat petani Teluk Jambe. Umumnya masalah yang kami temukan pada mereka adalah gejala penyakit kulit dan kurang vitamin. Alhamdulillah, masalah penyakit yang serius tidak kami temukan di sini”.
Turut hadir mendampingi aksi kesehatan, Ahmad Lukman, salah satu tim Lembaga Pelayan Masyarakat (LPM) Dompet Dhuafa, mengatakan, “Dompet Dhuafa memberikan support berupa pengerahan tenaga medis dan obat-obatan. Hal ini untuk mengantisipasi dan membantu para masyarakat petani Teluk Jambe jika mengalami masalah kesehatan. Perampasan hak menyebabkan mereka menjadi dhuafa”. (Dompet Dhuafa/Dhika)