SUKABUMI, JAWA BARAT — Selama 15 tahun menekuni ternak domba, Kang Uceng mengaku dirinya banyak belajar dari alam. Tidak mendapatkan didikan ternak dari kedua orang tua, maupun akademisi peternakan.
Di sela pelaksanaan Quality Control hewan kurban yang dilakukan Dompet Dhuafa di banyak titik lokasi di Kecamatan Kalapanunggal, Sukabumi, Kang Uceng bersama peternak lainnya menceritakan kisahnya sembari menyantap semangkuk bakso hangat.
Pembawaannya yang periang membuat Ghufron selaku Tim Dakwah Nasional Dompet Dhuafa sekaligus Koordinator QC THK di Sukabumi pun turut larut dalam perbincangan tersebut sambil berteduh dari hujan yang turun sejak Subuh pada Selasa (6/6/2023).
Baca juga: Dompet Dhuafa Bantu Peternak Domba Berdaya hingga Mampu Kuliahkan Anak, Bangun Rumah dan Sekolah
“Ini doa dan bimbingan guru kita, Ustaz Harun. Jujur, saya sekolahnya di alam, bisa (ternak) dari Dompet Dhuafa. Sama-sama belajar dari peternak lain di kelompok. Kita belajar memanusiakan hewan. Dulu cari pakan rumput aja nggak bisa. Kita ini dulu istilahnya ‘barang dagangan’, musisi kampung dari panggung ke panggung,” serunya, penuh canda.
“Dompet Dhuafa datang, kita tertarik ikuti program ini, sebab pemberdayaan. Di situ lah banyak masyarakat Kecamatan Kalapanunggal terbuka dan menyadari potensi. Dari seniman, tumbuh jadi peternak. Dari punya 6 ekor domba, sekitar 3 tahun kemudian (berkembang) jadi 30-an ekor,” ungkap Ketua Kelompok Ternak ‘Bashorun Fuadun’ itu.
Pria yang memiliki nama asli Husein itu menceritakan bahwa setahun awal memang masih prihatin. Semangat selesai bikin kandang, domba belum datang. Masih usaha cari rumput susah. Ditambah, kendala ego antar pengurus kelompok.
“Jasa Dompet Dhuafa ini luar biasa terasa manfaatnya. Menjadi salah satu syariat bagi kami-kami, untuk membuka potensi dan keinginan kita. Sehingga bisa mewujudkan mimpi kita. Asal kita solid dan saling mengisi saja, walaupun capek tapi dinikmati. Prinsip saya punya mimpi besar, ada keinginan, kerja keras, dan ulet,” jelas Kang Uceng.
Setelah 3 tahun pertama memelihara domba, ia mengaku hasilnya secara ekonomi bisa membeli sepeda motor dan bangun rumah. Ya, kelompok ternak di Kecamatan Kalapanunggal itu juga mengalami perkembangan pesat, kini ada 9 kelompok dari 3 kelompok saja yang tergabung. Hingga sekitar tahun 2011, mereka membentuk koperasi ‘Riung Mukti’.
Baca juga: Dompet Dhuafa Jawa Timur Gulirkan Sekolah Ternak
“Kita dirikan koperasi, layaknya paguyuban ternak. Dari situ mau tidak mau kita mulai benar-benar berdikari, akhirnya berjalan. Tahun 2018 kita membentuk yayasan dan mendirikan madrasah untuk yatim duafa. Inilah mimpi besar kita yang mulai kita wujudkan. Mimpi di kampung kecil kita, di pelosok, ada pendidikan,” pungkas Kang Uceng, yang juga merambah giat sebagai pengajar seni budaya di madrasahnya. (Dompet Dhuafa/Dhika Prabowo)