Demi Biayai Sekolah Ketiga Anaknya, Pariyem Gigih Jadi Terapis Bekam

Ibu merupakan sosok perempuan yang penuh kasih sayang dan rela berkorban demi kebahagiaan buah hatinya. Melalui cucuran air mata, keringat, dan darahnya yang mengalir ia perjuangkan hidup ini demi sang buah hati belahan jiwanya, tanpa meminta imbalan ataupun balas budi. Ya, sosok ibu yang begitu mulia juga tergambar dalam kehidupan Pariyem, seorang ibu yang begitu gigih mencari nafkah, demi mencukupi kebutuhan keluarga.

 Hidup dalam keterbatasan ekonomi membuat Pariyem yang berusia 36 tahun ini giat dalam bekerja. Dengan berbekal uang tabungan seadanya, ibu yang murah senyum ini memulainya dengan membuka usaha lauk matang. Mengitari sekitar wilayah Pondok Aren, Tangerang Selatan, yang juga merupakan kawasan tempat tinggalnya, ia berkeliling menjajakan lauk matang yang terdiri dari pepes ikan, botok pete cina, sayur ikan, dan lain sebagainya. Semuanya ia lakukan agar keluarga tercintanya mampu terbebas dalam jeratan kemiskinan.

 “Ya kalo hasil jualan emang ga nentu. Kadang laku kadang juga masi sisa banyak. Yang penting disyukuri aja semuanya,” ujarnya saat ditemui di rumahnya pada Kamis (18/12) lalu.

 Meski penghasilan yang diterimanya tidak menentu, Pariyem mengaku, usaha yang dilakukannya selama ini semata-mata dilakukan secara ikhlas untuk memperbaiki kondisi ekonomi keluarga. Maklum, sang suami yang juga berprofesi sebagai penjual lauk matang dan terapis bekam keliling ini penghasilannya belum mencukupi kebutuhan keluarga.

 “Yang penting mah buat biaya sekolah anak-anak. Kalo saya jualan sama suami saya buat makan sehari-hari alhamdulillah masih tertolong. Tapi buat biaya sekolah tidak mencukupi,” ujar ibu beranak 3 ini.

 Tidak ingin pendidikan ketiga buah hatinya terancam suram, Pariyem pun berusaha mencari jalan keluar, untuk mencari penghasilan tambahan. Melihat sang suami yang memiliki keahlian dalam menjalani terapi bekam, membuatnya ingin belajar dan kelak bisa mengikuti jejak sang suami secara perlahan.

 “Saya belajar terapi bekam dari suami. Alhamdulillah karena sering liat suami praktik, dan saya ikut mencoba, lama-lama jadi bisa,” paparnya tersenyum.

 Di saat Pariyem tengah bersyukur karena memiliki keahlian bekam, kendala pun mulai dihadapinya. Peralatan bekam yang dimilikinya tidaklah lengkap. Beberapa peralatan bekam yang digunakannya untuk praktik sehari-hari merupakan milik sang suami.

 “Sehari-hari kan suami saya keliling nawarin jasa terapi bekam. Kalo gentian alat bekam ribet juga. Makanya saya pengen banget bisa beli peralatan bekam lagi, tapi uangnya nggak cukup” ujarnya lirih.

Meski masalah keuangan menjadi hambatannya untuk mewujudkan harapannya tersebut, Pariyem lantas tidak tinggal diam. Berbagai upaya pun dilakukannya, seperti meminjam uang dengan kerabat dan teman-temannya yang tinggal di wilayah Jakarta. Namun, upaya yang dilakukannya belum membuahkan hasil.

Ketika upaya yang dilakukannya belum berhasil, hanya kekuatan doa yang dilantunkan Pariyem dan keluarga setiap harinya, agar keinginannya untuk mendapatkan pinjaman modal terwujud.

Alhamdulillah, doa yang dipanjatkannya selama ini di dengar oleh Yang Maha Kuasa. Secara tidak sengaja Pariyem tengah melintas di sekitar kantor STF Dompet Dhuafa, melihat kantor tersebut ia pun akhirnya mampir dan bertanya-tanya tentang salah satu program ekonomi Dompet Dhuafa tesebut. Pinjaman modal usaha tanpa bunga yang ditawarkan STF  ini membuatnya semakin berharap dapat dibantu oleh salah satu program ekonomi Dompet Dhuafa ini.

Tanpa keraguan, Pariyem  pun akhirnya mendaftar dan bergabung dengan program STF Dompet Dhuafa Cabang Tangerang Selatan. Alhamdulillah, pinjaman pertama sebesar Rp 750 ribu yang diperolehnya tersebut langsung dimanfaatkannya untuk membeli peralatan bekam. Kini, ia telah memasuki pinjaman kelima sebesar Rp 2,5 untuk menambah usahanya dengan berjualan pakaian secara kredit.

“Alhamdulillah, sekarang semuanya bisa tercukupi, terutama biaya sekolah anak-anak saya. Yang penting terus usaha yang terbaik saja dalam hidup ini,” pungkasnya bijak.

Kisah Pariyem tersebut menggambarkan sosok seorang ibu yang rela berkorban demi keluarga tercinta dan berjuang sekuat tenaga demi pendidikan ketiga buah hatinya. Ia begitu gigih berjuang demi mengubah nasib kehidupan keluarganya menjadi lebih baik.

Semoga kisah tersebut menjadi inspirasi teladan bagi ibu di seluruh dunia, dan menjadi cambuk bagi kita seorang anak, untuk terus menghargai dan menjaga kehormatan seorang ibu yang telah mendedikasikan perjuangannya untuk kita.

Mengingat jasa-jasa seorang ibu yang begitu besar, di momen peringatan Hari Ibu yang jatuh setiap 22 Desember ini, menjadi saat yang tepat bagi kita sebagai seorang anak, untuk segera mengucapkan rasa terima kasih atas jasa-jasanya selama ini, dan berusaha mewujudkan segala mimpinya yang belum sempat tercapai. Terima kasih ibu… (uyang)