Yulianti (51), pasien LKC Dompet Dhuafa tengah menjalani pemeriksaan medis pada Rabu (10/6). (Foto: Erni/Dompet Dhuafa)
Suara tangis tak urung berhenti. Ibu paruh baya berusaha menenangkan anak laki-laki yang sedang digendongnya. “Pulang..Pulang…”, begitu rengekan Hilmi, sang anak yang kini berusia setahun.
Ibu tersebut tetap berusaha menenangkan sang anak sembari berkata bahwa dia tidak akan disuntik. “Hilmi memang takut disuntik, takut dengan dokter yang berjas putih. Apapun yang berkaitan dengan dokter, Hilmi pasti takut,” terang sang ibu.
Yulianti (51) tidak bisa meninggalkan Hilmi di rumah. Pasalnya, Yuli harus berobat sedangkan di rumah hanya ada cucunya yang juga masih kecil sehingga dia terpaksa membawa Hilmi. Hilmi sendiri adalah cucunya. Kedua orang tua Hilmi bekerja sehingga menitipkan anaknya kepada Yuli.
Siang itu Yuli datang ke Layanan Kesehatan Cuma-cuma (LKC), sebuah klinik yang dibuat Lembaga Kemanusiaan Dompet Dhuafa bagi mereka yang tidak mampu membayar biaya berobat, untuk berobat ke dokter internis.
Yuli menderita penyakit komplikasi. Beberapa diantaranya maag dan ginjal. Akibat penyakit ginjal ini,Yuli harus rutin suntik insulin sendiri.
Sudah sekitar empat belas tahun Yuli menjadi bagian dari penerima manfaat Dompet Dhuafa. Selama waktu tersebut Yuli tidak hanya berobat tetapi juga operasi payudara hingga dua kali.
“Awalnya saya datang ke LKC untuk pemeriksaan satu penyakit saja. Karena penyakit semakin banyak, dokter merujuk saya ke Rumah Sehat Terpadu di Jampang”, tutur Yuli.
Yuli yang tinggal di daerah Jombang, Tangerang Selatan ini mengaku perawatan di LKC memuaskan. Begitu juga para dokter dan tenaga medis lainnya yang memeriksanya.
“Bekas operasi payudara cepat mengering”, cerita Yuli.
Hingga kini Yuli selalu memeriksakan kondisi kesehatannya ke LKC. Yuli bersyukur, meski operasi dan harus suntik insulin, semuanya ia dapatkan secara cuma-cuma. Dia berharap agar pelayanan LKC bisa lebih baik. (Erni)
Editor: Uyang