Tak seperti ibu kota. Kehidupan di kota ini jauh dari kemacetan. Tak juga banyak kendaraan berlalu-lalang atau padatnya orang-orang yang berebut naik angkutan umum. Lancarnya jalanan yang ada disini, membuat perjalanan dari Kota Sumbawa Besar menuju Desa Baru Tahan, Kecamatan Moyo Utara yang jaraknya kira-kira 18Km ditempuh dengan waktu yang tak lebih dari 30 menit.
Sepanjang perjalanan menuju Desa Baru Tahan, sudah nampak kekayaan alam disini. Mungkin bagi sebagian orang yang melihat, desa ini kering dan gersang. Namun sebenarnya, desa ini menyimpan banyak potensi alam yang Allah SWT anugerahkan, yaitu tanaman jagung, padi, dan disini tak pernah kekurangan air. Ada ribuan sapi berkeliaran di bukit-bukit Desa ini. Sebagiannya hidup lepas bebas, di sekitar lahan, sawah, dan diatas tanah yang berpasir.
Walaupun sapi-sapi disini hidup bebas lepas, tapi mereka tak pernah kehilangan induknya. Bahkan jarang sekali sapi-sapi yang ada pemiliknya ini dicuri. Warga pun kompak. Jika ada warga yang kehilangan sapi, warga akan bersama-sama mengintai dan mencari siapa pencurinya. Jika ditemukan, hukum adat akan berlaku. Warga tak segan menindak.
Nur Syamsu, Dompet Dhuafa, dan Berdayanya Peternak di Desa Baru Tahan
“Di desa ini banyak orang-orang yang pendidikannya kurang. Jangankan sekolah tinggi-tinggi, lulus SD pun tidak. Terkadang ada diantara mereka yang tidak bisa membaca dan menulis. Jangan heran kalau mereka sering malu jika bertemu orang baru, bertemu dengan orang dari kota, mereka memilih diam dan tidak bicara apapun. Untuk itulah sejak lulus sarjana, saya tetap ingin pulang ke kampung ini”, ujar Nur Syamsu, Koordinator Peternak Permata Farm yang bermitra dengan Dompet Dhuafa melalui program Karya masyarakat Mandiri.
Nur Syamsu seorang sarjana dari Universitas Soedirman di Purwokerto. Selesai sekolah di tahun 2005, ia pun tak lantas pergi merantau ke kota besar atau bekerja di perusahaan ternama. Ia memilih pulang ke kampung halamannya sendiri, di Sumbawa. Awalnya ia pernah menjadi pendamping program perikanan pemerintah di Sumbawa, namun kini ia lebih memilih mengelola lahan dan ternaknya sendiri, sambil membantu warga di Desa-nya yang tak jarang kesulitan ekonomi.
“Saya bersyukur mereka punya semangat hidup yang tinggi dan mau untuk bekerja keras. Berada di tengah-tengah mereka membuat saya terus berusaha, belajar untuk bisa mengembangkan desa saya yang sebetulnya punya potensi yang besar. Di Desa Baru Tahan, memang mengalami musim panas dan kering yang lama. Sejak Maret 2018 lalu, kami belum merasakan hujan. Tapi kami tidak kekeringan. Air sumur masih tetap ada, sungai pun masih mengalir. Untuk kami mengembangbiarkkan sapi tetap bisa dan tidak ada masalah. Rumput-rumput dan padi juga tersedia untuk pangan sapi”, cerita Nur Syamsu penuh semangat, saat berbincang bersama tim Dompet Dhuafa, sambil mengukur sapi-sapi yang akan dijadikan hewan kurban nanti.
Awalnya, Nur Syamsu bertemu dengan salah satu kerabatnya dan ditawarkan untuk menjadi salah satu pendamping program peternakan Dompet Dhuafa di desa ini. Melihat besarnya visi Dompet Dhuafa untuk memberdayakan peternak dan kecocokan nilai-nilai yang dimiliki Dompet Dhuafa dengan Pak Syamsu, ia pun menyepakati untuk bisa menjadi pendamping program ini.
“Adanya Dompet Dhuafa hadir di kampung ini berawal dari program pemberdayaan peternak dan kemudian dilanjutkan melalui program Karya Masyarakat Mandiri Dompet Dhuafa. Pendampingan dan modal dari Dompet Dhuafa memberdayakan para peternak disini. Walaupun dulunya mereka ada yang tidak bersekolah, atau mungkin tidak bisa sekolah tinggi, tetapi dengan kerja keras dan usahanya kini, anak-anaknya bisa sekolah”, ungkapnya lagi, sembari mengikat beberapa sapinya yang sudah masuk di kandang.
Ia menyampaikan bahwa merasa bangga bisa bersama para peternak di kampung ini, khususnya yang ia bantu untuk kelola. Ia juga selalu menekankan kepada para peternak untuk mereka memiliki jiwa sosial, walaupun kondisi ekonomi tak seberapa. Saat kurban berlangsung, mereka mau membantu untuk bagikan daging pada warga yang tak mampu, dan mereka juga senang karena sapi-sapi yang dikelola tentunya akan menjadi hewan kurban para pekurban nantinya. Daging kurban tak hanya mereka nikmati, tetapi masyarakat lain pun juga bisa merasakannya.
“Kami disini bekerja sama. Mencari orang-orang yang benar layak untuk dibantu dan dibagikan hewan kurban. Karena ini amanah orang, kami tak mau asal-asalan membagikannya”, ucap Nur Syamsu.
Idul Adha dan Ekonomi yang Meningkat
“Ada satu peternak yang datang pada saya. Ia menceritakan sedang mengalami kesulitan ekonomi. Anaknya akan masuk sekolah, sedangkan ia belum ada uang. Alhamdulillahnya, saat itu kurban akan segera kita laksanakan. Dompet Dhuafa pun membutuhkan sapi-sapi kami, hingga akhirnya kami pun mendapatkan pemasukan yang cukup besar sebagai untung. Peternak ini pun bisa menyekolahkan anaknya dari hasil pengelolaan hewan kurban dari Dompet Dhuafa”, cerita Nur Syamsu saat berada di lahan ternak.
Menjelang momen Idul Adha, sapi-sapi dari peternakan yang dikelola Nur Syamsu tak hanya dibeli oleh penduduk lokal. Bahkan, masyarakat sekitar memang jarang makan daging walaupun mereka sendiri yang berternak. Pembeli sapi-sapinya banyak berasal dari Jakarta, Bandung, Bogor, dan kota-kota lainnya. Terkadang ia menyesali, bahwa masih ada teman-teman peternak lainnya yang memberikan harga terlalu rendah, sehingga untuk keuntungannya sendiri terlalu sedikit. Namun, hal ini tidak terjadi pada ternak yang dikelola Nur Syamsu bersama para peternaknya.
Kehadiran Momen Idul Adha tanpa sadar membuat banyak pihak yang terlibat mendapatkan dampak ekonominya. Para peternak, masyarakat sekitar, mitra Dompet Dhuafa, dan tentunya kebermaknaan bagi para pekurban yang tak bisa diukur oleh angka. Mungkin inilah kebermaknaan ajaran Islam, yang tak hanya berorientasi pada individu melainkan pada kehidupan sosial yang lebih luas.
Pak Syamsu adalah salah satu sosok yang ingin memberdayakan desanya sesuai dengan potensi alam yang ada. Kehadiran Dompet Dhuafa tentunya membuat Pak Syamsu bersama para peternak akan semakin maju dan berdaya. Saat momen kurbang datang, maka inilah kesempatan mendapatkan pemasukan dan ekonomi desa yang meningkat.
Sambil bercengkrama dan melanjutkan proses Quality Control bersama tim Dompet Dhuafa, Pak Nur Syamsu pun menyampaikan, “Tak banyak yang bisa saya lakukan, tetapi semoga inilah yang jadi keberkahan hidup untuk saya dan desa ini”. (Dompet Dhuafa/Annisa)