Di RST Dompet Dhuafa, Anak Kuli Bangunan Penderita Derita Thalasemia ini Bisa Berobat

BOGOR – Datang ke poli umum RS. Rumah Sehat Terpadu (RST) Dompet Dhuafa bersama sang ayah untuk meminta surat izin masuk ke rawat inap, Wulan (5) langsung menyapa ramah perawat yang bertugas pada Selasa, (7/1) lalu. “Hai suster, lagi ngapain” sapanya. Riang dan ceria, begitulah gambaran sosok Wulan yang didiagnosa menderita penyakit Thalasemia.

Thalasemia merupakan penyakit kelainan darah yang ditandai dengan kondisi sel darah merah mudah rusak atau umurnya lebih pendek dari sel darah normal (120 hari). Thalasemia terjadi akibat ketidakmampuan sumsum tulang membentuk protein yang dibutuhkan untuk memproduksi hemoglobin sebagaimana mestinya. Hemoglobin merupakan protein kaya zat besi yang berada di dalam sel darah merah dan berfungsi sangat penting untuk mengangkut oksigen dan paru-paru ke seluruh bagian tubuh yang membutuhkannya sebagai energi.

“Tiap satu bulan sekali, Wulan rutin jalani tranfusi darah di sini (RST Dompet Dhuafa),” ucap Heri, ayah Wulan.

Heri menuturkan betapa terkejutnya ia mendapati anak bungsunya didiagnosa oleh dokter salah satu rumah sakit di Jakarta menderita penyakit yang mematikan tersebut.

“Waktu usia 8 bulan wajahnya pucat sekali dan langsung saya periksakan ke dokter. Saya tidak tahu apa itu Thalasemia, dan setelah dijelaskan oleh dokter saya kaget sekali karena selama ini ketiga kakak Wulan sehat-sehat saja dan saya beserta istri pun tidak ada keturunan penyakit tersebut,” ungkap Heri.

Berprofesi sebagai kuli bangunan dengan pendapatan tidak menentu serta istri yang bekerja serabutan sebagai kuli cuci gosok membuat Heri senantiasa berusaha dan berdoa untuk kesehatan Wulan. “Walaupun biaya pengobatan gratis tapi tetap saja kepikiran, saya enggak putus doa dan ikhtiar, apapun akan saya lakukan demi lihat anak sehat terus,” ucapnya.

“Bisa diberikan 3 sampai 4 kali tranfusi tergantung kadar hemoglobin pasien dan berat badan saat ini. Karena harus tranfusi seumur hidup, pemantauan fungsi hati, ginjal serta jantung pun akan dilakukan teratur setiap 6 bulan sekali untuk mengevaluasi kelebihan zat besi,” ucapnya.

Cita-cita menjadi seorang dokter pun sudah diimpikan murid taman kanak-kanak yang sudah bisa membaca dan mengaji ini. “Udah biasa ditusuk jarum, jadi enggak sakit. Pingin cepet sembuh,” ucap Wulan polos. (tie/gie)