Di Tengah Suasana Darurat, Maria Takut Anak-Anak Tidak Bisa Belajar dan Naik Kelas

Maria, penyintas erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki

FLORES TIMUR, NUSA TENGGARA TIMUR — “Kami takut, anak-anak tidak bisa belajar seperti normal. Kami takut anak-anak melupakan materi-materi pembelajaran yang sudah diajarkan. Apalagi sekarang sudah memasuki semester dua di mana semester penentu untuk kenaikan kelas,” ujar Maria Yuliana Prasedisia Futa salah seorang penyintas erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki.

Maria berasal dari Kampung Bawalatang, Desa Nawokote, Kecamatan Wulanggitang, Kabupaten Flores Timur. Saat ini ia sedang mengungsi di SMPN 1 Wulanggitang. Dia merupakan seorang pahlawan tanpa tanda jasa, seorang pengajar, pendidik, dan orang tua bagi puluhan anak.

“Terkait dengan belajar mengajar, kami terpaksa harus mengajar di tempat pengungsian, di tenda darurat yang di mana kami harus kumpulkan sekian banyak murid dari SDN Kemiri, SDN Bawalatang, SDN Klatanlo dan lain-lain,” ungkap Maria.

Baca juga: Dompet Dhuafa Hadirkan Berbagai Respons Kebencanaan, Layani dan Hibur Penyintas Erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki

Maria, penyintas erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki

Meski di situasi yang masih dalam tahap darurat, Maria bersama kawan lainnya tetap mengajar para peserta didik.

“Kami kumpulkan dalam satu tempat, lalu kami belajar mengajar seperti biasa. Nah, di akhir pembelajaran kami harus membuat laporan dan mengirimnya kepada kepala dinas,” lanjut Maria.

Dengan bermodalkan tenda darurat, ia tetap mengajar dengan media alat belajar seadaanya.

“Jadi kami harus (tetap belajar mengajar) dengan adanya tenda darurat ini. Kami (tetap) berusaha untuk melaksanakan ulangan atau ujian, supaya ada nilai untuk semester dua. Supaya anak-anak bisa tahu apakah anak kelas bisa naik atau tidak,” tutur Maria.

“Yang dibutuhkan adalah media alat belajar, seperti pensil, bolpoin, spidol atau papan tulis yang bisa dimengerti peserta didik,” lanjutnya.

Baca juga: Gunung Lewotobi Laki-Laki Siaga, Warga Mengungsi, Dompet Dhuafa Hadirkan Dapur Umum

Maria, penyintas erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki

Menurut Maria, saat ini di pengungsian masih banyak anak-anak dan lansia yang sakit. Selain itu, kebutuhan mendesak saat ini masih berupa alas atau tikar untuk tidur.

“Makan minum, pakaian, alas tidur (sudah terpenuhi). Itu pun sebagian ada yang belum dapat. Selain itu, ada pos kesehatan juga,” imbuh Maria.

“(Tetapi) kondisi di pengungsian, kita tahu banyak saat ini anak-anak yang sakit, lansia yang sakit. Kondisi sekarang masih sangat memperihatinkan di mana banyak anak-anak yang masih tidur beralaskan tikar, lansia juga tidur beralaskan tikar,” ungkapnya.

Sebagai salah satu penerima manfaat Dapur Umum dan Pos Hangat Dompet Dhuafa, Maria sangat berterima kasih kepada pihak yang bersedia meluangkan waktu dan tenaganya untuk jauh-jauh datang ke NTT untuk membantu saudaranya yang terkena musibah.

Baca juga: Perkuat Jaringan Relawan Tanggap Bencana di Sumsel, Dompet Dhuafa Gelar Community Gathering & Training Kebencanaan

Maria, penyintas erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki

Maria berharap, situasi ini cepat berlalu dan kehidupan normal kembali.

“Saya berharap semoga Gunung Lewotobi Laki-Laki bisa normal kembali dan kami bisa pulang untuk melanjutkan aktivitas kami seperti biasanya. Kemudian harapan saya berikut adalah saya mengharapkan anak-anak harus bisa menyesuaikan diri meski dalam keadaan seperti ini harus tenang, sabar, tabah. Dan jangan lupa berdoa dan bersyukur,” aku Maria.

“Terima kasih untuk semua pendonor. Kami berdoa semoga ke depannya mendapat rezeki yang baik. Dan kita selalu tetap berdoa dan bersyukur. Terima kasih kepada pendonor yang telah membantu kita,” tutup Maria. (Dompet Dhuafa/DMC/MAN/AFP)