Diberi Gerobak, Sutirah: ?Dompet Dhuafa Wujudkan Mimpi Saya?

Sutirah (46) penerima manfaat LPM Dompet Dhuafa saat berada di warung makanan, usaha yang digelutinya yang berada di Karawaci (Foto: Dokumentasi Dompet Dhuafa)

Pandangannya sesaat terlihat kosong, seolah banyak harapan dan impian menari-nari dipikiran perempuan paruh baya ini. Sutirah, perempuan berusia 46 tahun ini biasa dipanggil. Ibu dari lima anak ini, sehari-hari berprofesi sebagai penjual gorengan dan nasi uduk. Bermodalkan meja dan lemari makanan dan modal usaha seadanya, disulaplah halaman rumah mungil dan sederhana miliknya menjadi sebuah warung gorengan sederhana.

Sutirah bercerita, warung gorengan yang berada di Jalan H. Sa’alan, Gg. Ampera, 02/ 02, Koang Jaya, Karawaci, Tangerang, Banten inilah yang menjadi satu-satunya tumpuan hidup baginya dan kelima anaknya. Sebab, sang suami sudah tidak mampu menafkahinya. Hal tersebut sejak sang suami sakit-sakitan pada 1998 lalu. Melihat kondisi sang suami, maka Sutirah tidak mau tinggal diam. Sembari membuka warung gorengan, ia juga mecoba peruntungan dengan berjualan makanan dan kue yang dijajakannya dengan menggunakan gerobak dorong, yang sebenarnya sudah tidak layak pakai. Ia berkeliling dari rumah ke rumah.

“Suami kan sudah sakit-sakitan, tidak bisa cari nafkah lagi, saya nggak mau tinggal diam, saya ingin terus bangkit,” ujarnya bersemangat.

Selagi ia berjualan kue keliling, biasanya warung gorengannya dijaga oleh anak perempuan sulungnya yang baru saja bercerai. Kini sang anak yang sudah memiliki seorang buah hati ini tinggal bersama-samaSutirah.“Sekarang dia dan cucu saya jadi tanggungan saya juga,” paparnya.

Lelah berkeliling seharian mendorong gerobaknya, terkadang membuat asam urat yang sudah dirasakannya sejak tujuh tahun lalu kambuh. Jumlah kue yang dibawanya saat berjualan cukup banyak dan tidak bisa ditampungnya dan roda gerobak yang sudah sulit digerakkan, terkadang menjadi penyebabnya. Sutirah pun mengaku, ia ingin sekali merenovasi gerobak dorongnya agar membantunya memudahkan usaha yang sedang coba dirintisnya tersebut.

“Alhamdulillah, kadang banyak pesenan kue juga. Tapi kadang suka keberatan bawanya, jadi dikurangi jadi setengah pesanan, makanya saya pengen betulin gerobak sebenarnya,” akunya.

Bukan hanya soal gerobak dorong saja yang menjadi keinginannya. Sutirah juga mengaku ingin mendapat modal pinjaman. Jika modal dagang yang dipakai berjualan habis, ia sementara tidak berjualan sampai mendapatkan pinjaman modal untuk berjualan kembali.Hal tersebut sampai terus berjalan sampai saat sekarang ini. Maklum, hasil berjualan gorengan yang diperolehnya tidak terlalu menguntungkannya. Jika sedang banyak pembeli, dalam sehari ia bisa memperoleh Rp 150.000. Namun jika sedang sepi, ia hanya bisa memperoleh Rp 45.000 per harinya.

“Saya berusaha bersyukur, tapi kadang bingung juga kalau dagangan sedang sepi, besoknya mau jualan bingung mau pinjam modal dari mana,” jelasnya.

Melihat semangat dan kegigihan yang ditunjukkan Sutirah, yang mampu bangkit dalam keterpurukan, Lembaga Pelayanan Masyarakat (LPM) Dompet Dhuafa memberikan bantuan dalam memperbaiki gerobak dorongnya tersebut. Mendengar kabar tersebut, Sutirah pun tak henti-hentinya mengucapkan rasa syukur atas bantuan yang akan diberikan Dompet Dhuafa.k,

“Alhamdulillah, Dompet Dhuafa ingin bantu saya perbaiki gerobak dorong saya, hanya bersyukur yang bisa saya ucapkan saat ini,” ucapnya bersyukur. (uyang)