JAKARTA — Dompet Dhuafa melalui mitra pengelola program pendidikan, GREAT Edunesia, menggelar perayaan Hari Guru Nasional 2024 di Gedung Antara Heritage Center (AHC), Jakarta Pusat, Selasa (26/11/2024). Acara ini bermaksud untuk memberikan apresiasi kepada para guru atas dedikasinya dalam mendidik generasi muda serta meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Selain itu, Dompet Dhuafa juga mengundang berbagai pihak terkait untuk mendiskusikan mengenai isu-isu terkini yang dihadapi oleh guru.
Bagi Dompet Dhuafa, kondisi guru saat ini, terlebih yang berstatus honorer, masih jauh dari kata sejahtera. Lembaga Riset Institute for Demographic and Affluence Studies (IDEAS) mengungkapkan, sekitar 74 persen dari guru honorer atau tenaga kontrak di Indonesia dibayar di bawah Upah Minimum Kabupaten-Kota atau UMK 2024. Adanya dualisme pengelolaan pendidikan antara Kementerian Pendidikan dan Kementerian Agama juga telah lama dirasa kurang efektif serta melahirkan diskriminasi. Lembaga-lembaga pendidikan yang berada di bawah naungan kementerian agama pun dirasa kurang mendapatkan perhatian.
Sebelum gelar wicara dimulai, Direktur Advokasi IDEAS, Agung Pardini, terlebih dulu memaparkan tentang hasil penelitian IDEAS terhadap guru pendidik di Indonesia dalam bentuk Policy Brief berjudul MIMPI SEJAHTERA GURU HONORER: Potret Rendahnya Kesejahteraan Guru Honor di Indonesia. E-Book ini dapat diunduh untuk dibaca dan dipahami secara lengkap di sini. Policy brief tersebut juga dilengkapi dengan alternatif-alternatif kebijakan yang bisa dijadikan sebagai saran kepada pemerintah maupun para pemangku kebijakan lainnya yang berkaitan dengan pendidikan.
Baca juga: Seminar Literasi bagi Guru-Guru di Malaka Perkuat Pengembangan Pendidikan Lokal
Deputi Direktur Corporate Secretary Dompet Dhuafa, Dian Mulyadi, mengatakan bahwa dalam perspektif lembaga filantropi, terkhusus Dompet Dhuafa, pendidikan bukan hanya sekedar tanggung jawab pemerintah, melainkan juga amanah kolektif semua orang. Demi meningkatkan kualitas guru di Indonesia, Dompet Dhuafa melalui inovasi program-programnya membagi peran guru menjadi empat poin penting, yaitu sebagai pengajar dan fasilitator, sebagai teladan nilai-nilai karakter, sebagai penggerak literasi dan inklusi pendidikan, dan sebagai agen perubahan sosial. Hal ini sebagaimana dasar dari falsafah kepemimpinan oleh Ki Hajar Dewantara, yaitu “Ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani“.
“Oleh karena itu, di Hari Guru ini, kami ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya. Tidak hanya atas kerja keras dan tenaga yang telah dicurahkan, tetapi juga atas keberanian untuk terus berharap dan bermimpi, meski kadang realitas di lapangan terasa berat. Mari kita jadikan Hari Guru Nasional ini bukan hanya sekedar perayaan, tetapi juga pengingat bahwa pendidikan adalah investasi paling berharga yang dapat kita berikan untuk masa depan bangsa,” ucapnya.
Bertema “Bangga Jadi Guru?”, gelar wicara pada peringatan HGN 2024 ini menjadi salah satu dari rangkaian kegiatan EduAction Festival yang puncaknya nanti akan diselenggarakan pada gelaran Public Expose di bulan Desember mendatang. Dipandu oleh Eko Sriyanto (Kepala Makmal Pendidikan GREAT Edunesia) selaku moderator, para narasumber saling memaparkan dan berdiskusi mengenai isu-isu mendalam tentang pendidikan. Mereka adalah Lukman Solihin (Ketua Tim Kerja Analisis dan Advokasi Kebijakan Pusat Standar dan Kebijakan Pendidikan Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah), Patriya Pratama (Founding CEO and Executive Director of INSPIRASI), Heni Kurniasih (Sekretaris Lembaga SMERU Research Institute), Asep Hendriana (CEO GREAT Edunesia).
Baca juga: Berkat THR yang Anda Sisihkan, THR Guru Honorer di Pelosok pun ‘Cair’
“Tak hanya kepada siswa, guru perlu melakukan pendekatan kepada orang tua melalui tiga unsur penting, yakni hati di mana penanaman nilai baik bersemayam, kepala di mana guru memberikan pemahaman dan ilmu pengetahuan, dan tangan supaya bisa memberikan beragam keterampilan serta kecakapan hidup,” jelas Asep dalam kesempatan memaparkan pandangan GREAT Edunesia mengenai guru.
Menurut Asep, sejatinya peringatan Hari Guru Nasional memiliki misi menghidupkan ruh atau jiwa kemanusiaan dalam mengembangkan insan seutuhnya. Bukan hanya pada sisi kognitif, afektif, dan psikomotor saja, namun jiwa atau ruhnya. Inilah falsafah “Pendidikan Budi Pekerti”, di mana pengembangan insani dilakukan melalui pendekatan pendidikan memerdekakan serta memberdayakan hingga mendorong lahirnya generasi berbudi pekerti luhur, mandiri, dan memiliki kontribusi terbaik di bumi pertiwi. Di momentum Hari Guru Nasional, Asep pun mengajak masyarakat mengembalikan kebanggaan dari sosok seorang guru. Supaya guru menjadi profesi mulia, profesi yang dibanggakan.
“Guru bukan sekadar digugu dan ditiru, kita harus menghormati perjuangan mereka mencerdaskan jutaan anak bangsa. Selamat Hari Guru, tetaplah bangga menjadi guru!” pungkas Asep di hadapan 50 peserta gelar wicara dari kalangan guru, media, dan praktisi pendidikan. (Dompet Dhuafa)
Teks dan foto: Riza Muthohar
Penyunting: Dhika