Djampang Field Archery Competition, Temukan Komunitas Panahan Tradisional Lintas Negara

BOGOR — “Ini busur saya beli dari Korea, memang mahal sih, tapi kalau hobi, sampai manapun juga tetap hobi,” cerita Ibrahim Faisal, peserta Djampang Field Archery Competition asal Yogyakarta sambil terkekeh.

Panahan Tradisional atau Horsebow memang sedang naik daun, dan menjamur komunitasnya di berbagai belahan nusantara. Gaungnya pun sudah sampai luar negeri. Salah satu olahraga yang disunnahkan oleh Rasulullah tersebut menjadi primadona di berbagai kalangan, dari yang muda maupun tua.

Djampang Archery Community (DAC) dan Dompet Dhuafa mengadakan 3rd Djampang Field Archery Competition. Digelar sebagai salah satu ajang berkumpulnya komunitas panahan tradisional dari seluruh Indonesia. Bertempat di Zona Madina, Parung, Bogor, sebanyak 250 pemanah dari berbagai komunitas di seluruh Indonesia, berkumpul menunjukan kemampuanya. Bahkan kompetisi memanah tersebut juga dihadiri pemanaah dari negeri tetangga, diantaranya Malaysia dan Thailand.

Dengan mengangkat tema “Field Archery” atau panahan lapangan, para peserta dituntut untuk membidik sasaran di alam terbuka. Berbagai tantangan seperti menembak benda bergerak, replika kelinci dan rusa, sampai memannah dari ketinggian semakin menyemarakkan kegiatan tersebut.

“Ini kali ketiga DAC mengadakan kompetisi, dan trennya selalu bagus. Pesertanya dari setiap gelaran juga semakin bertambah,” terang direktur Zona Madina, Yuli Pujihardi.

Selain bertarung merebutkan juara, 3rd Djampang Field Archery Competition ini bertujuan untuk memfasilitasi bertemunya berbagai komunitas panahan di tanah air.

“Ini adalah ajang silaturahmi. Karena olaharaga panahan tradisonal sudah sangat banyak komunitasnya di Indonesia,” ujar Aradhea, selaku Sekjen Federasi Seni PanahanTradisional Indonesia (FESPATI). (Dompet Dhuafa/Zul)