BOGOR — Instalasi Gawat Darurat (IGD) adalah unit khusus yang ada di sebuah rumah sakit. Instalasi tersebut diperuntukan bagi pasien yang membutuhkan penanganan medis sesegera mungkin. Tenaga medis yang bertugas juga yang sigap dan siap kapanpun. Ketika pasien datang, hanya ada satu pilihan, tangani. Namun, bagaimana jadinya bila pasien datang tengah malam di IGD, hanya karena sakit perut? Hal tersebut pernah dialami oleh Rifki Amrullah, seorang dokter IGD dari RS Rumah Sehat Terpadu (RST) Dompet Dhuafa.
“Saat itu sudah jam dua malam dan memang jam tugas saya. Ada pasien datang ke IGD dan meminta untuk segera diperiksa karena sakit. Setelah saya periksa, ternyata hanya sakit perut biasa, haha,” aku Rifki, sambil terkekeh menceritakan pengalaman uniknya ketika sedang bertugas.
Sudah menjadi tugasnya sebagai dokter, untuk melayani pasien bagaimanapun keadaannya. Dokter termuda di RST tersebut sudah setengah tahun terakhir mengabdikan kemampuannya untuk melayani pasien dhuafa. Sebelumnya, alumni fakultas kedokteran Univeristas Muhammadiyah Jakarta angkatan 2011 tersebut, telah lebih dulu mengabdi di Bangka Selatan, sebagai relawan medis.
“Setahun saya di sana. Memang sudah menjadi kewajiban bagi profesi saya, untuk mengabdi di daearah sebelum terjun di dunia professional,” terangnya.
Setengah tahun di RST, Rifki merasakan nuansa berbeda dari rumah sakit berbasis wakaf itu, dibanding rumah sakit lainnya. Bekerja di RST membuat Rifki merasa ilmu yang selama ini ia timba, benar-benar bermanfaat. Nyaris tiap harinya ada ratusan pasien yang datang, mayoritas ialah pasien dhuafa atau tidak mampu. Sebagai dokter, tentunya suatu kebanggan sendiri bisa membantu.
“Karena ada label Dompet Dhuafa, masyarakat jadi lebih percaya. Mereka tidak takut lagi datang ke rumah sakit lantaran kekhawatiran terhadap biaya. Jujur, saya kagum dengan rumah sakit ini,” jelasnya.
Banyak pelajaran yang Rifki dapat selama bekerja sebagai dokter di RST. Ia berharap tahun-tahun selanjutnya, bisa mendapatkan pengalaman baru dari para dokter senior di sana. Ia juga berharap bisa ikut membangun manfaat dari rumah sakit berbasis wakaf tersebut.
“Harapannya, saya bisa dapat banyak ilmu dari dokter-dokter di sini yang lebih senior. Juga dengan rumah sakit ini untuk mendapatkan lebih banyak sumber daya. Baik sarana maupun tenaga medisnya,” tutup Rifki. (Dompet Dhuafa/Zul)