Dompet Dhuafa Adalah “Benteng Terakhir” Filantropi Islam

DEPOK, JAWA BARAT — Lama melintang di dunia industri media massa, sosok Gaib Maruto Sigit atau yang akrab disapa Gaib, mencurahkan perasaan yang terdalam terhadap salah satu lembaga filatropi Islam terbesar di Indonesia yakni Dompet Dhuafa.

Pertemuan singkat dengan Gaib di Depok, Jawa Barat pada Rabu (14/09/2022) membawa kita untuk bersyukur apa yang telah dikerjakan oleh Dompet Dhuafa, menjaga kepercayaan hingga memberikan yang terbaik bagi para donatur maupun insan jurnalis yang telah menjadi corong kabar baik bagi masyarakat.

Di tengah lemahnya kepercayaan masyarakat akan penggalangan dana yang dilakukan oleh sejumlah lembaga maupun institusi perzakatan di Indonesia, Gaib memberikan pendapat yang berbeda bagi Dompet Dhuafa. Menurutnya, Dompet Dhuafa lebih dari sekedar lembaga filantopi. Amanah yang diemban saat ini adalah sebagai “benteng terakhir” filantropi Islam khususnya di Indonesia.

Dompet Dhuafa Adalah “Benteng Terakhir” Filantropi Islam

“Dompet Dhuafa adalah “benteng terakhir” kepercayaan publik kepada lembaga filantropi islam jika ada sesuatu hal yang mengkhianati kepercayaan publik dengan yang dilakukan Dompet Dhuafa, maka sudah hilang trust atau kepercayaan publik kepada lembaga filantropi Islam,” ungkapnya.

Di sisi lain, Gaib juga mengapresiasi berbagai program besutan Dompet Dhuafa yang sampai saat ini terus berinovasi untuk memberikan manfaat seluas-luasnya kepada masyarakat khususnya dhuafa. Gaib juga menyoroti salah satu program Dompet Dhuafa saat membantu seorang petani untuk lepas dari hutang.

Baca juga: Hari Santri Nasional 2020, Dompet Dhuafa Gulirkan Program Beasiswa 1000 Santri Yatim Terampil

“Sangat apresiasi program Dompet Dhuafa yang membantu suatu kasus yang akut di Indonesia, semisalnya membantu petani untuk lepas dari jerat ijon atau rentenir dan membantu keluarga petani itu lepas dari lingkaran setan kemiskinan,” sambung Gaib.

Masih dalam pembahasan yang sama, Gaib memberikan pandangan tentang program yang harus menjadi konsentrasi utama saat ini. Beasiswa menjadi program yang menurut Gaib harus diperluas lagi terutama sampai ke jenjang perguruan tinggi. Hak atas pendidikan tinggi harus terus ditingkatkan agar memutus mata rantai kemiskinan yang ada di Indonesia.

Dompet Dhuafa Adalah “Benteng Terakhir” Filantropi Islam

“Program yang harus diperbanyak itu beasiswa untuk orang-orang yang tidak mampu, membangun sekolah-sekolah bahkan harus sampai kampus. Karena orang bisa kuliah adalah adalah orang-orang kaya, orang yang tidak mampu berprestasi itu diberikan beasiswa. Bantuan untuk UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah) ini butuh manajemen yang bagus karena bantuan dari pemerintah itu tidak menjawab persoalan. Kalo soal peningkatan budaya itu bagi saya sekedar gimik-gimik saja, mungkin sesekali perlu namun bukan prioritas utama,” tuturnya.

Terakhir, Gaib memberikan semangat kepada Dompet Dhuafa untuk terus mengajak masyarakat dalam berbagai gerakan kebaikan. Salah satu cara yang disarankan oleh Gaib adalah dengan memperkuat media komunikasi agar masyarakat lebih mudah untuk mengakses berbagai layanan Dompet Dhuafa.

“Di era keterbukaan ini, jangan malu untuk mempromosikan kebaikan. Apapun kebaikan harus tersampaikan ke masyarakat lebih luas. Maka perkuatlah tim komunikasi Dompet Dhuafa. Mudah untuk dihubungi dan cepat tanggap jika ada media ingin wawancara misalnya. Jika menjalin hubungan dengan media hindari hal-hal yang birokratis,” pungkas Gaib. (Dompet Dhuafa / Arlen)