BANDUNG, JAWA BARAT — Dompet Dhuafa kembali mengajak para donatur untuk melihat secara langsung implementasi dana zakat, infak, sedekah, dan wakaf (Ziswaf) di bidang ekonomi. Ya, Dompet Dhuafa memberikan pengalaman memanen dan memetik sayur nan menyenangkan sekaligus menilik program pemberdayaan masyarakat khususnya petani di Desa Tani, Lembang, Bandung, pada Kamis (5/10/2023).
Sebelumnya, Rabu (4/10/2023), sebanyak 25 donatur yang tergabung dalam Majelis Ta’lim Husnul Khatimah, Cinere, telah mengunjungi Masjid Raya Al Jabbar, untuk melihat kemegahan Galeri Rasulullah Saw. Agenda dilanjutkan dengan nonton bareng film Buya Hamka melalui layar proyektor.
Tiba di Desa Tani Dompet Dhuafa, para donatur dimanjakan dengan lahan hijau seluas 10 hektare yang dipenuhi sayur-mayur segar sejauh mata memandang. Lagi-lagi, para donatur dibuat takjub oleh keindahan Desa Tani.
Desa Tani merupakan program pemberdayaan ekonomi Dompet Dhuafa di bidang pertanian hortikultura yang ditujukan bagi masyarakat kurang mampu, dengan total 50 penerima manfaat. Program ini pertama kali diimplementasikan oleh Dompet Dhuafa Jawa Barat pada Desember 2018.
Turut hadir dalam acara ini, Andriansyah selaku Pimpinan Cabang Dompet Dhuafa Jawa Barat dan Ade Rukmana selaku Pendamping Program Desa Tani Dompet Dhuafa.
“Desa Tani Dompet Dhuafa berasal dari dana zakat, infak, sedekah dan wakaf. Dana zakat kemudian digulirkan dalam bentuk program pertanian, dengan tagline ‘Berdaya di Tanah Sendiri’. Ini menjadi tagline sekaligus menjadi harapan kita semua, di mana petani menjadi lebih sejahtera dari sekadar menjadi buruh tani saja,” ungkap Andriansyah dalam paparannya.
Baca juga: Petani Berdaya Eks-Pecandu Narkoba (Desa Tani Lembang – Bagian Satu)
Para petani yang sebelumnya hanya jadi buruh dengan gaji yang tidak seberapa, berpenghasilan hanya Rp 30-50 ribu itu, kini diberdayakan. Menurut Andri, sejatinya budaya di wilayah tersebut adalah bertani. Ia melihat ada potensi yang dapat memberdayakan para petani, meski sebelumnya produktivitas para petani cukup rendah karena tidak cakap dengan teknologi.
“Kita melihat bagaimana kualitas sayur di Desa Tani baik, bagus, sehingga nanti harganya juga memiliki harga di pasar modern. Itu yang kemudian kita dampingi kepada para petani. Masyarakat dari buruh menjadi masyarakat pemilik lahan, kita sewakan lahannya, mereka yang garap, hasil panennya 100% masuk ke kantong mereka sendiri, para penerima manfaat Dompet Dhuafa. Kita tidak mengambil keuntungan itu, karena dalam sudut pandang kita, ini merupakan salah satu penyaluran dana zakat, ada dana zakat yang langsung kita berikan, ada juga yang diproduktifkan seperti ini,” sambung Andriansyah.
Desa Tani terus berkembang dan adaptif terhadap perubahan, menggunakan teknologi Smart Farming dengan mengadopsi teknologi pertanian digital yang dapat memberikan kemudahan bagi para petani petani dalam mengelola perkebunan atau pertaniannya. Tahun 2020, Desa Tani mengadaptasi teknologi IOT (Internet of Thing).
Baca juga: Dompet Dhuafa Farm Banten Luncurkan Pupuk Kandang Pemberdayaan Ekonomi
“Yang dilakukan Dompet Dhuafa melalui Program Desa Tani, yaitu kita sediakan aset produksi, lahan kita sewain, saprodi kita kasih, dan sistem-sistem Smart Farming. Kita juga memiliki pendampingan intensif, riset, literasi keuangan, dan motivasi,” imbuh Andriansyah.
Ade Rukmana selaku Pendamping Program Desa Tani Dompet Dhuafa menambahkan bahwa Desa Tani terus bertransformasi menyesuaikan kebutuhan dan kondisi lingkungan, memiliki goals yang jelas, namun yang terpenting adalah adanya perubahan perilaku dari para petani, sebagai tolak ukur keberhasilan para petani. Ia juga menambahkan, kini para petani berpenghasilan mulai dari Rp2,4 juta—Rp6 juta/bulan.
“Di Desa Tani menerapkan HOW, Honestly, Open Mind, sama Willingness. Cukup kejujuran, keterbukaan pikiran, sama kemauan yang mereka jaga. Kita punya lahan luas, punya uang banyak, tapi tanpa HOW kita nggak akan bisa berjalan,” cetus Ade.
Baca juga: Sekolah Pemberdayaan Desa, Cetak Pendamping yang Siap Bangun Ekonomi Daerah
“Karena Mang Ade melihat yang terjadi ke Mang Ade sebelumnya, dari sini Mang Ade bisa bertahan, karena Mang Ade bisa berbagi. Mang Ade merasa punya reward bahwa Mang Ade bermanfaat buat masyarakat lain, dan makin kuat dalam pemulihan Mang Ade,” tambahnya.
Selain bersasal dari dana zakat, Desa Tani juga berasal dari dana wakaf. Dompet Dhuafa mengelola wakaf dengan produktif, amanah, dan akuntabel. Hal ini disampaikan oleh Sulis Tiqomah, Senior Officer Retail Fundraising Wakaf Dompet Dhuafa.
“Esensi wakaf berbeda dengan zakat. Jadi, kalau kita berbicara wakaf di Dompet Dhuafa, itu nggak akan kita salurkan langsung ke delapan asnaf, tetapi dana yang terhimpun akan kita kelola dalam sebuah pengelolaan produktif yang itu menghasilkan surplus wakaf untuk mauquf alaih. Inilah esensinya kenapa yang wakaf itu disebut sebagai sedekah jariyah, ketika selama program wakaf ekonomi, pendidikan, kesehatan, sosial dan dakwah, selama itu dinikmati masyarakat luas dan dhuafa, selama itulah pahalanya mengalir abadi walaupun kita sudah wafat,” ungkap Sulis.
Kata Donatur tentang Desa Tani
Srigiati (64), salah satu donatur mengungkapkan rasa antusiasnya ketika mengikuti agenda Care Visit ini, ia mengungkapkan merasa senang mendengar kebermanfaatan Program Desa Tani yang begitu luas.
“Desa Tani, baru kali ini juga saya ke sini. Senang ya dengar penjelasannya bahwa ini merupakan hasil penyaluran dari dana zakat dan wakaf, bisa dibuat lahan seluas ini. Senang banget dengarnya. Masyarakat banyak yang merasakan manfaatnya, pengalaman memanen sendiri, tadi tomat ceri sama selada keriting,” ujarnya.
Sementara, menurut peserta lain, yakni Endang Widiastuti (67), perjalannnya kali ini membuat ia makin bersyukur dalam menjalani hidup.
“Alhamdulillah perjalanan ini membuat saya bersyukur terus. Kemarin kan kita bisa melihat keindahan Al Jabbar, Desa Tani juga luar biasa, karena memberdayakan petani yang tadinya hidupnya terpuruk dan hasil tani yang nggak tahu mau dikemanakan, terus jadi produktif dan fokus pada tanaman yang mereka rawat. Petani yang sekarang juga modern, teknologinya maju,” kata Tuti.
“Seru banget! Meski lutut dan jantung bermasalah, tapi karena pengin, jadi ikut aja, seru ternyata. Aku panen tomat sama selada keriting. Itu luar biasa, kita tuh biasa lihat toko, di tukang sayur, sekarang itu ada di hadapan kita dan memetik aslinya. Rasanya pengin ambil semuanya, saking senengnya,” pungkas Tuti.
Ke depannya Desa Tani akan terus berkembang dalam bidang pertanian, peternakan, dan agro-eduwisata. (Dompet Dhuafa/Anndini)