KEPULAUAN RIAU — Menjelang bulan suci Ramadan 1444 H, Dompet Dhuafa mengupayakan untuk mendistribusikan paket-paket alat salat ke lokasi-lokasi yang sulit dijangkau, termasuk ke pulau-pulau kecil di bagian wilayah kepulauan.
Delapan hari jelang pelaksanaan salat tarawih pertama di bulan Ramadan, Rabu (15/3/2023), Tim Dompet Dhuafa menyusuri pulau-pulau kecil di Kepulauan Riau. Sebanyak 50 paket alat salat yang terdiri dari mukena, sajadah, Al-Quran, peci, dan sarung disalurkan secara bertahap sejak Rabu (15/3/2023).
Lokasi pertama yang dituju adalah Surau Nurul Iman yang bertempat di Pulau Mat Belanda, Kampung Tangguh, Kelurahan Sekanak Raya, Kecamatan Belakang Padang, Kota Batam. Untuk sampai di surau ini, Tim Dompet Dhuafa harus menaiki perahu kayu kecil selama kurang lebih 20 menit dari Pelabuhan Pancung Sekupang Batam menuju Pulau Penawar Rindu, Kecamatan Belakang Padang.
Di Pulau Penawar Rindu, terdapat tempat berlabuh perahu-perahu kecil milik warga nelayan untuk menyebrang ke Pulau Mat Belanda. Setidaknya, 5 menit lama waktu yang dibutuhkan untuk menyebrang dari Pulau Penawar Rindu ke Pulau Mat Belanda.
Tiba di lokasi, Tim Dompet Dhuafa disambut dengan hangat oleh Pak Dede Karyatno, Ketua RT 003/RW 004 dan Pak Cakri, Imam Surau Nurul Iman.
Baca juga: Ini 7 Keutamaan Sedekah di Bulan Ramadhan Berdasarkan Hadis
Pulau Mat Belanda merupakan salah satu dari 108 gugusan pulau kecil yang ada di Kecamatan Belakang Padang, Kota Batam. Selain berlokasi di perbatasan negara, pulau ini juga berada di tengah-tengah antara Selat Malaka dan Singapura. Masyarakat sekitar juga kerap menyebutnya sebagai Pulau Babi.
Konon pada zaman penjajahan Belanda dahulu, kawasan ini terkenal sebagai tempat pemasok babi. Selain itu, juga menjadi tempat penyimpanan dan penyedia jasa seks komersial. Namun saat ini, masyarakat telah beralih menjadi muslim yang berprofesi sebagai penghasil rumput laut.
“Warga di pulau ini ada 83 keluarga. Mayoritas sudah memeluk agama Islam, hanya satu orang saja yang nonmuslim,” sebut Pak Dede.
Sedangkan Pak Cakri di sini merupakan pendatang. Ia sejatinya lahir di Sulawesi yang menetap di Pulau Mat Belanda sejak tahun 1991. Sejak kedatangannya kala itu, surau ini berdiri sudah ada dan telah mengalami beberapa kali pemugaran. Kata dia, selain kegiatan salat lima waktu, aktivitas di surau ini adalah TPA bagi anak-anak. Namun saat bulan Ramadan, kegiatan rutin bertambah yaitu salat tarawih dan tadarus. Sedangkan untuk Salat Id dan Salat Jumat, warga menyeberang ke masjid di Pulau Penawar Rindu.
“Kebutuhan alat salat di sini memang kurang. Kadang-kadang ada yang tidak punya alat salat ya mereka ke surau saja. Terutama mukena,” ucapnya menjelaskan kondisi warga.
Baca juga: Tukar Mukena & Sajadah, Bahagiakan Lansia Menyambut Ramadan
Ia melanjutkan, beberapa saudara muslim di sini hidupnya pas-pasan saja. Jadi, terkadang beberapa tidak memiliki mukena, entah kotor atau sudah tidak layak pakai. Dalam kondisi seperti itu, Pak Cakri menyuruhnya untuk ke surau saja dan memakai mukena ataupun fasilitas ibadah lainnya.
“Alhamdulillah ini ada tambahan lagi dari Dompet Dhuafa. Nanti insyaallah beberapa juga akan kami berikan secara pribadi,” sambungnya.
Sedangkan untuk Al-Quran, ia bermaksud menempatkannya di surau. Sebab, kebutuhannya memang lebih banyak untuk kegiatan mengaji anak-anak TPA. Namun akan dengan senang hati, Al-Quran diberikan secara personal kepada warga yang membutuhkan, termasuk jika ada yang baru terketuk hati untuk belajar Islam. (Dompet Dhuafa/Muthohar)