SIARAN PERS, JAKARTA — Selain ternobatkan negara paling welas asih, Indonesia juga menjadi negara suaka yang gemar menyambut para pengungsi. Berdasarkan data UNHCR, per-Oktober 2020, terdapat 13.745 pengungsi dan pencari suaka dari sekitar 40 negara di Indonesia. Mayoritas mereka tinggal di beberapa kota-kota besar seperti Aceh, Medan Tanjung Pinang, Pekanbaru, dan Jabodetabek, Surabaya, Balikpapan, Medan, Manado, Kupang juga beberapa daerah lainnya.
Saat ini, dunia telah menyaksikan krisis pengungsi terburuk sepanjang sejarah dengan 79,5 juta orang mengungsi, 26 juta orang di antaranya adalah pengungsi. Karena terbatasnya peluang solusi jangka panjang dan berlarut-larutnya konflik bersenjata di seluruh dunia, jumlah pengungsi diprakirakan akan terus meningkat di masa mendatang. Dari jumlah data tersebut, sekitar 60% pengungsi secara global berasal dari negara Islam. Mereka menjadi orang-orang yang memenuhi persyaratan sebagai penerima zakat (mustahik).
Representative of UNHCR Indonesia, Ann Maymann, mengungkapkan, pada tahun 2013 UNHCR dalam menangani para pengungsi secara global, mulai bergerak kepada konsep filantropi islami. Menurutnya, permasalahan pengungsi tidak dapat ditangani sendiri oleh UNHCR, diperlukan kerjasama dengan banyak pihak seperti pemerintah, pemerintah daerah, tokoh masyarakat, lembaga-lembaga swasta, juga lembaga-lembaga kemanusiaan.
“UNHCR Indonesia telah lama berada di Indonesia. Menemani kurang lebih tiga belas ribuan pengungsi yang terdiri dari sekitar 40 negara. Kebanyakan dari mereka berasal dari Afganistan. Semuanya sudah dikelola oleh UNHCR, dan sekarang dengan berkolaborasi dengan Dompet Dhuafa, akan menguatkan program-program lanjutan. UNHCR akan sangat senang dapat berkolaborasi dengan Dompet Dhuafa sebagai salah satu lembaga kemanusiaan terbesar di Indonesia,” ujarnya.
Kemudian Ketua Yayasan Dompet Dhuafa, Nasyith Majidi menyampaikan, sebagai lembaga kemanusiaan, Dompet Dhuafa juga telah lama konsen dalam menangani kasus-kasus kemanusiaan, termasuk para pengungsi di Indonesia. Bersama UNHCR, Dompet Dhuafa juga sudah mulai kerjasama sejak tahun 2015 menangani para pengungsi di bidang pendidikan, kesehatan, dan program pemberdayaan pengungsi dan pembangunan. Selain itu Dompet Dhuafa memberikan bantuan kepada keluarga Indonesia di daerah terpencil untuk memperoleh akta kelahiran bagi anak-anaknya dengan mudah, sejalan dengan amanat UNHCR untuk mencegah keadaan tanpa kewarganegaraan.
“Penandatanganan MoU ini menjadi penguat bagi Dompet Dhuafa dan UNHCR dalam sinergi menangani masalah kemanusiaan para pengungsi di Indonesia khususnya, juga di negara-negara lainnya,” terang Nasyith.
Ann menanggapi, “Dompet Dhuafa dan UNHCR Indonesia telah berkolaborasi sejak lama. Sejak 2015. Ini adalah kolaboasi lanjutan untuk menguatkan program-program ke depannya di Indonesia bersama Dompet Dhuafa. Indonesia memang menjadi negara transit bagi para pengungsi. Kondisi pengungsi di Indonesia ini, sangat membutuhkan dukungan dan fasilitas supaya mereka tetap merasa aman”.
Guna menguatkan program-program filantrofis bagi para pengungsi di berbagai penjuru dunia, Dompet Dhuafa dan UNHCR melakukan penandatanganan MoU, pada Selasa (10/11/2020), di Gedung Umar Usman Dompet Dhuafa,, Jakarta Selatan. (Dompet Dhuafa / Foto & Penulis: Muthohar / Editor: Dhika Prabowo)