Dompet Dhuafa Bergerak Sesuai Standar Kemanusiaan Inti (CHS)

JAKARTA — Standar Kemanusiaan Inti atau Core Humanitarian Standards (CHS) telah menetapkan 9 (sembilan) Komitmen yang harus diadopsi oleh lembaga-lembaga kemanusiaan atas krisis kemanusiaan. Hal ini berguna untuk memberikan dukungan dan bantuan yang berkualitas, efektif dan akuntabel bagi korban yang terdampak. Bersama-sama, Sembilan Komitmen tersebut memberikan kerangka akuntabilitas yang koheren serta terintegrasi untuk membantu lembaga dalam menilai dan mengukur akuntabilitas SDM terhadap korban dan lingkungan sekitarnya.

Sejak diluncurkan pada tahun 2014, CHS telah menjadi rujukan utama pada sektor kemanusiaan. Saat ini, CHS sedang dalam proses peninjauan untuk mengetahui apakah saat ini masih relevan. Terkait hal ini, Masyarakat Penanggulangan Bencana Indonesia (MPBI) bekerja sama dengan UN OCHA, Islamic Relief, dan CHS Alliance melakukan proses konsultasi dengan para pelaku kemanusiaan di Indonesia termasuk Dompet Dhuafa.

Kegiatan konsultasi ini berlangsung secara hybrid (luring dan daring) pada Selasa (30/8/2022) di UN OCHA Indonesia Ruang Papua, Lt. 7, Menara Thamrin, Jl. MH Thamrin Kav 3, Jakarta Pusat. Puluhan lembaga pun turut hadir untuk berdiskusi dan menyampaikan berbagai masukan.

CHS merupakan hasil langsung dari Prakarsa Penyusunan Standar Bersama Joint Standards Initiative (JSI). JSI berkonsultasi dengan lebih dari 2000 pekerja kemanusiaan dari berbagai negara yang rawan bencana. Masukan yang diperoleh menunjukkan perlu adanya penyelarasan standar-standar, terutama terhadap masyarakat yang terdampak krisis kemanusiaan.

Panduan dan perangkat untuk mendukung penerapan CHS dapat diakses gratis pada www.corehumanitarianstandard.org. Sembilan Komitmen tersebut adalah sebagai berikut:

1. Respons kemanusiaan harus sesuai dan relevan;
2. Respons kemanusiaan harus efektif dan tepat waktu;
3. Respons kemanusiaan harus mendorong peningkatan kapasitas lokal dan tidak menimbulkan akibat buruk;
4. Respons kemanusiaan berdasarkan pada komunikasi, partisipasi, dan umpan balik;
5. Pengaduan disambut baik dan ditangani;
6. Respons kemanusiaan harus terkoordinasi dan saling melengkapi;
7. Pekerja kemanusiaan senantiasa belajar dan meningkatkan diri;
8. Staf didukung dalam melaksanakan pekerjaannya dengan efektif dan diperlakukan dengan adil dan setara;
9. Sumber-sumber daya dikelola dan digunakan dengan bertanggung jawab sesuai peruntukannya.

Sembilan Komitmen tersebut dapat dapat digunakan oleh setiap organisasi dan perorangan yang terlibat dalam aksi kemanusiaan untuk meningkatkan kualitas dan efektivitas bantuan yang mereka berikan. CHS juga mendorong akuntabilitas yang lebih besar terhadap komunitas dan warga yang terdampak bencana: mengetahui bentuk komitmen organisasi kemanusiaan akan membuat komunitas dan warga dapat meminta pertanggung-gugatan dari organisasi-organisasi tersebut.

Selain itu, CHS juga dapat dipromosikan dan digunakan oleh perorangan, organisasi, badan koordinasi, konsorsium dan kelompok-kelompok lain yang melakukan kerja kemanusiaan. Meskipun terutama ditujukan untuk sektor kemanusiaan, CHS dapat digunakan organisasi apa pun untuk menghasilkan kualitas yang lebih baik dan akuntabilitas yang lebih besar dalam seluruh aspek pekerjaan yang berkaitan dengan masyarakat dan warga terdampak krisis.

Upaya ini telah dilakukan oleh unit kemanusiaan Dompet Dhuafa, yaitu Disaster Management Center (DMC). DMC Dompet Dhuafa bersama beberapa instansi terkait telah mencetuskan sebuah program inklusi bernama Partners for Inclusion: Localising Inclusive Humanitarian Response (PIONEER). Program ini sudah berlangsung selama 13 bulan dan akan berakhir di bulan ke-14. Adapun bentuk kegiatannya berupa pelatihan Pengelolaan Data Disabiltas dan Lansia, Membangun Mekanisme Koordinasi, sosialisasi Pengurangan Risiko Bencana, Pelaksanaan Monitoring Evaluation Accountability and Learning (MEAL), pengadaan alat kesiapsiagaan bencana, simulasi bencana dan lainnya. Program inklusi oleh Pioneer ini mengajak para penyandang disabilitas dan para lansia untuk bersama bangun, tumbuh dan berdaya.

Baca juga: Kolaborasi Berbagai Lembaga, DMC Gelar Workshop Inklusi

Chief Executive DMC Dompet Dhuafa Haryo Mojopahit mengatakan, Program PIONEER ini selaras dengan CSH. Tujuannya adalah untuk membangun pelokalan respons kemanusiaan yang inklusif melalui kemitraan antara Organisasi Penyandang Disabilitas (OPDis), Lembaga Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia (LKSLU), dan lembaga kemanusiaan lokal di masing-masing daerah Indonesia. (Dompet Dhuafa / Muthohar)