TANGERANG SELATAN, BANTEN — Dompet Dhuafa melalui organ Layanan Kesehatan Cuma-cuma (LKC) menggelar Pelatihan Fasilitator Program Pos Gizi, Program Kawasan Sehat, dan Program Kawasan Madaya, selama enam hari mulai 20—25 Juli 2023. Bertempat di Ballroom Hotel Citra Dream Tangerang Selatan, pelatihan ini mengusung tema “No One Left Behind” dan berisikan materi paparan, diskusi, hingga praktik perencanaan dengan fokus berdaya cegah malnutrisi dan stunting.
Sebanyak 30 peserta tenaga kesehatan LKC yang berasal dari 9 provinsi (Aceh, Sumatra Barat, Sumatra Selatan, Banten, Jawa Barat, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Utara, dan Sulawesi Selatan), serta tenaga kesehatan dari Puskesmas juga bidan desa, hadir untuk tahap persiapan pelatihan fasilitator Program Pos Gizi dan Kawasan Sehat.
Pelatihan pagi itu, Kamis (20/7/2023), dibuka dengan penyematan kartu peserta pelatihan Pos Gizi, Kawasan Sehat dan Kawasan Madaya oleh drg. Martina Tirtasari selaku Pimpinan LKC Dompet Dhuafa Pusat. Pun memberikan penghargaan kepada Bidan Nurul (Sulsel), Bidan Surya (Aceh), Bidan Citra (NTT), dan Bidan Dian (NTB), atas apresiasi pengabdian Program Bidan Untuk Negeri di pelosok Indonesia.
Dalam sambutannya, dr Yeni Purnamasari, MKM, selaku General Manager Divisi Kesehatan Dompet Dhuafa mengatakan bahwa target menurunkan angka stunting di Indonesia pada tahun 2024 yaitu sebesar 14%. Ia pun turut memantik para peserta agar memaknai pelatihan dengan memahami konsep dan filosofi bekerjanya.
“Teman-teman yang hadir menjadi suatu bagian penting pada pilar kesehatan dalam upaya pengentasan dan pencegahan stunting di Indonesia. Hasil survey angka stunting turun dari 24,4% jadi 21,6%. Angka ini survey nasional, tapi saya yakin di daerah, data ini bisa sangat bervariasi. Bagaimana mungkin kita menurunkan angka stunting namun gizi kurang? Sedangkan itu adalah potensi stunting,” paparnya.
Ia juga menjelaskan bahwa dalam upaya pencegahan stunting, Dompet Dhuafa membentuk Pos Gizi di tujuh provinsi pendampingan Dompet Dhuafa, di antaranya di Jawa Timur, Jawa Barat, NTT, NTB, Sumsel, Sulsel, dan Sulawesi Tenggara, serta menggelar Pelatihan Fasilitator Pos Gizi untuk para nakes yang terdiri dari Bidan PKM, Bidan Desa, TPG, dan lainnya.
Baca juga: Cegah Stunting, Dompet Dhuafa dan PT Petrogas Jatim Utama Cendana Gulirkan Program SIMCETING
“Dompet Dhuafa membuat program hulu ke hilir. Mencari faktor penyebab, bukan sekedar intervensi. Yang penting lagi adalah menjadi terintegrasi. Maka dengan amanah zakat ini kita daya gunakan, ajak juga orang lain menjadi bagian stakeholder, jadi gerakan. Pahami konsep dan filosofi kerjanya,” imbuhnya.
Selain itu, Program Kawasan Sehat merupakan program yang bertujuan untuk menciptakan kawasan yang memiliki indikator kesehatan tertentu yang dicapai melalui kegiatan pemberdayaan, peningkatan kompetensi sumber daya manusia, pengelolaan sumber daya lokal dan kemitraan. Pos Sehat dibentuk sebagai pusat pengembangan Program Kawasan Sehat, minimal setingkat RW.
Program ini memiliki 7 ruang lingkup indikator dan 21 indikator turunan. Ruang lingkup indikator tersebut di antaranya; kesehatan ibu dan anak, pencegahan stunting, sanitasi yang baik, pencegahan dan pengelolaan Penyakit Tidak Menular (PTM), pengendalian penyebaran tuberculosis (TBC), lingkungan hijau produktif, dan kesehatan mental spiritual. Indikator-indikator ini diambil lantaran masih menjadi bagian dari isu kesehatan nasional yang menjadi fokus pemerintah, serta menjadi target dalam pencapaian SDGs.
Baca juga: Dompet Dhuafa Bagikan Paket Gizi Sehat untuk Anak-Anak Stunting di Pulau Penawar Rindu
Pada pelatihan materi awal, dr Ir Dwi Listyawardani, M.Sc, Dip. Com. selaku Penyuluh KB Ahli Utama BKKBN menggalakkan Program BAAS (Bapak/Bunda Asuh Anak Stunting). Menurutnya, secara geografis dan potensi alam, Indonesia sebenarnya tidak kurang secara nutrisi. Jadi stunting bukan sekedar faktor kemiskinan, tapi juga disebabkan faktor pengasuhan. Target SDG’s 2030 antara lain menghilangkan kelaparan dan menurunkan risiko kekurangan gizi, mengurangi rasio angka kematian ibu, menurunkan angka kematian neonatal, dan akses kespro yang universal.
“Stunting bukan sekedar postur tubuh, tapi juga kualitas, gizi, kecerdasan, dan sebagainya. Pendekatan harus kita galakkan pada orang tua asuh, keluarga, dan lingkungan. Pahami juga perbedaan generasi ke generasi. Bahkan upaya kesadaran kesehatan ini bisa dimulai sejak kita remaja. Indeks massa tubuh, termasuk pola makan,” terangnya.
Lebih jauh, pelatihan ini diharapkan mampu membentuk fasilitator handal yang memiliki kompetensi mumpuni, sehingga dapat berperan aktif sebagai pelatih profesional di masyarakat, serta meningkatkan keterampilan, pengetahuan, dan kemampuan fasilitator dalam pendampingan Program Pos Gizi. Juga menumbuhkan komitmen untuk mengembangkan keterampilan lebih lanjut sebagai faslitator hingga terlaksananya Program Pos Gizi di wilayah desa masing-masing.
Senada dengan itu, Juperta Panji selaku Divisi Filantropi YRST mengatakan dalam sambutannya menyebut bahwa “Profesional bukan melulu tentang uang, namun bagaimana mengembangkan diri dan aksi bersama. Jadikan forum ini sebagai tempat menggali potensi dari sesuatu yang kita pedulikan.” (Dompet Dhuafa/Dhika Prabowo)