TANGERANG — Anita tampak berusaha keras mengeja huruf Hijaiyah yang diajarkan ustadz di layar proyektor. Walau tampak kesulitan, Anita tetap berusaha membaca huruf Hijaiyah. Anita merupakan salah satu dari ratusan peserta yang terlihat antusias mengikuti acara Pendidikan Pesantren Kilat yang dilaksanakan Lembaga Pelayan Masyarakat (LPM) Dompet Dhuafa pada Selasa (22/5). Bertempat di Masjid An-Nisa, Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Anak Wanita Tangerang, acara tersebut merupakan rangkaian dari progam Bina Santri Lapas (BSL) yang dilaksanakan oleh LPM Dompet Dhuafa selama Ramadhan.
“Alhamdulillah ya, kita mendapat banyak ilmu, kita merasa sangat termotivasi. Kegiatan tersebut menjadi energi positif bagi kami. Kita jadi merasa tidak terbuang, walau kita ada di sini (lapas). Belum tentu ketika kami di luar bisa belajar agama seperti ini,” ungkap Anita, peserta pesantren kilat yang baru setahun memeluk agama Islam.
Progam pesantren kilat tersebut adalah program rutin yang selalu digelar setiap tahunnya. Dengan konten ilmu agama dasar seperti materi tauhid, baca Al-Quran, tajwid dll. Tujuan progam tersebut adalah untuk membina warga binaan dengan ilmu agama. Harapannya dapat mencetak hafidzoh dari dalam lapas.
“Tidak semua penghuni lapas adalah orang yang bermasalah. Tujuan dari pesantren kilat tersebut adalah untuk membina dan memenuhi dahaga ilmu agama bagi warga binaan kami. Targetnya adalah bisa membaca Al Qur’an dengan baik dan benar. Semoga juga dapat mencetak hafidzoh di sini,” jelas tim relawan BSL lapas anak dan perempuan Tangerang, Siti Munawati.
Hal senada juga disampaikan oleh Kepala Seksi Pembinaan dan Kegiatan Kerja Lapas Anak Wanita Tangerang, Yousiana. Dengan adanya kegiatan tersebut dirasa dapat membantu mengisi kegiatan selama Ramadhan dan membantu penghuni Lapas lebih memahami cara beribadah.
“Memang Dompet Dhuafa sudah lama mengisi kegiatan keagamaan di sini. Selama berpuasa mengisi dengan kegiatan seperti pesantren kilat untuk menambah wawasan dan keilmuan, tentunya juga pahala. Harapanya di Ramadhan ini, minimal terkait ibadah bisa kita mengerti, dan ke depanya bukan hanya dilaksanakan di Ramadhan saja, tetapi di bulan-bulan selanjutnya dapat berlanjut,” tutup Yoesiana. (Dompet Dhuafa/Zulfarizal)