BATUBARA, SUMATRA UTARA — Dompet Dhuafa Cabang Sumatra Utara atau yang lebih dikenal dengan nama DD Waspada menggelar wisuda bagi para penerima manfaat Program Budaya Tenun Songket Melayu Batubara pada Jumat (19/11/2024). Pada acara yang sama, digelar juga pameran hasil karya para wisudawan bertempat di Aula Kantor Bupati Batubara.
Acara wisuda ini menjadi momen penting bagi para penerima manfaat untuk keberhasilan mereka untuk menguasai keterampilan menenun. Mereka memperdalam keterampilan itu sejak September 2023, hingga hari kelulusan tiba, yang mana telah berlangsung kurang lebih satu tahun.
Wisuda Program Budaya Tenun Songket Melayu ini dihadiri oleh Edwin Aldrin Sitorus selaku Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat (Asisten I), yang mewakili Pj Bupati Batubara. Dalam sambutannya, Edwin memberi apresiasi kepada Dompet Dhuafa atas dedikasinya dalam melestarikan budaya lokal, sekaligus memberdayakan masyarakat.
“Kami mengucapkan selamat kepada seluruh peserta program ini dan berterima kasih kepada Dompet Dhuafa Waspada atas usahanya untuk mengangkat kembali budaya Melayu. Semoga para peserta dapat terus berkontribusi sebagai penggerak pelestarian tenun di Kabupaten Batubara,” ungkap Edwin.
Baca juga: Melalui Pemberdayaan Perempuan, Dompet Dhuafa Raih Penghargaan dari HerStory Indonesia
Program Budaya Tenun Songket Melayu sendiri dirancang untuk mempertahankan warisan budaya daerah sekaligus meningkatkan kemampuan ekonomi masyarakat, khususnya perempuan. Para peserta program berasal dari berbagai latar belakang, termasuk guru, yang telah berhasil menciptakan berbagai kain songket dengan motif khas Melayu yang memukau.
Pimpinan Cabang Dompet Dhuafa Waspada, Sulaiman, turut menyampaikan harapannya agar keterampilan yang telah diperoleh tidak hanya bermanfaat bagi peserta, tetapi juga diteruskan kepada generasi berikutnya. Ia juga menekankan pentingnya peran guru sebagai peserta program untuk menjadikan menenun bagian dari kegiatan edukasi.
“Mayoritas peserta adalah guru. Kami berharap mereka dapat membagikan keterampilan ini kepada para siswa, bahkan menjadikan pembuatan tenun songket sebagai ekstrakurikuler di sekolah. Lebih dari itu, kami juga ingin hasil karya para peserta dapat diikutsertakan dalam berbagai kegiatan budaya yang ada di Kabupaten Batubara,” ujar Sulaiman.
Baca juga: Minako Sakai Ajak Dompet Dhuafa Jadi Contoh Pemberdayaan Muslim Perempuan bagi Dunia
Lebih lanjut, Sulaiman menegaskan bahwa program ini bukan hanya sekadar tentang pelatihan keterampilan, melainkan juga upaya membangun kesadaran akan pentingnya menjaga identitas budaya di tengah tantangan modernisasi. Program menenun ini diharapkan mampu menjadikan tenun songket sebagai simbol kebanggaan masyarakat Batubara.
Di sela-sela acara wisuda, para peserta memamerkan hasil tenun songket mereka yang menunjukkan kreativitas luar biasa. Setiap kain yang dipajang mencerminkan keindahan motif Melayu yang menjadi ciri khas daerah ini.
Kegiatan pameran ini pun mendapat apresiasi besar dari masyarakat setempat dan para pejabat yang hadir. Fatimah, salah satu peserta wisuda, mengungkapkan rasa bangga dan bahagianya setelah menyelesaikan program ini.
“Pengalaman ini sangat berharga bagi saya. Selain belajar teknik menenun, saya juga diajarkan untuk memahami nilai budaya yang terkandung di dalamnya. Saya berharap dapat mengajarkan keterampilan ini kepada generasi muda agar tenun songket Melayu Batubara tetap lestari,” ujarnya, haru.
Baca juga: Dompet Dhuafa Dorong Keswadayaan Lokal dan Kewirausahaan dengan Pendekatan Budaya
Dengan keberhasilan ini, Dompet Dhuafa berharap agar keterampilan menenun songket tidak hanya mampu melestarikan tradisi, tetapi juga membuka peluang ekonomi baru bagi masyarakat lokal. Program ini dirancang untuk menciptakan dampak yang berkelanjutan, baik dari segi budaya maupun sosial, sehingga masyarakat dapat terus berkembang dan sejahtera. (Dompet Dhuafa)
Teks dan foto: Syafira, DD Sulut
Penyunting: Ronna