MALUKU — Siang itu mentari menjalankan perannya dengan sangat baik. Panas terik melimpah di dataran Buano, salah satu pulau yang berada di Maluku. Melimpahnya paparan sinar matahari menjadikan Maluku lokasi yang subur bagi tanaman penghasil rempah-rempah, terutama pala dan cengkeh. Tak heran jika Maluku kerap disebut kepulauan rempah.
Namun, paparan sinar matahari yang terik dan hampir sepanjang tahun itu menyebabkan penduduk Buano mengalami kekeringan, sehingga mereka harus meminum air payau untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Hujan tak hanya menjadi anugerah, tapi juga berkah bagi mereka. Sebab hanya dengan memanfaatkan air hujan mereka dapat mengonsumsi air tawar. Oleh sebab itu, banyak penduduk Buano yang membuat penampungan air hujan di sekitar rumah mereka sebagai bekal persediaan air untuk keperluan sehari-hari.
Buah Manis Penantian Panjang Warga Buano
Namun kini mereka telah mendapat kabar gembira. Pasalnya, Dompet Dhuafa menghadirkan dan meresmikan Sumur Wakaf di dua titik lokasi, tepatnya di Desa Buano Selatan dan Desa Buano Utara, Kecamatan Huamual Belakang, Kabupaten Seram Bagian Barat, Maluku pada Kamis (20/7/2023).
Baca juga: Sumur Wakafmu Memberikan Kehidupan dan Mengalirkan Kebaikan di Ciomas Banten
Tim Dompet Dhuafa disambut dengan “Kapata,” yaitu nyanyian selamat datang khas Buano. Tembang tersebut berisikan doa-doa kebaikan dan keselamatan bagi para tamu menurut tradisi penduduk setempat. Selain itu, perwakilan Tim Dompet Dhuafa juga diberi penghormatan berupa “Haji Tatai,” yaitu kalung adat Buano yang terbuat dari bunga, daun kayu putih, dan kacang-kacangan.
Acara ini dihadiri oleh Tim Dompet Dhuafa, tokoh masyarakat setempat, serta warga Buano yang tampak begitu antusias. Peresmian dibuka dengan menabuhkan gendang serta tarian tradisional Buano yang merepresentasikan filosofi kehidupan masyarakat Buano.
Bakri Tambepessy, Tim Program Dompet Dhuafa Maluku menyampaikan bahwa keberadaan air tawar dan bersih adalah impian bagi seluruh masyarakat Buano Utara dan Buano Selatan sejak berpuluh-puluh tahun lalu, lantaran adanya krisis air bersih.
“Air payau itu di mulut rasanya asin. Perut juga terasa berat,” ungkapnya.
Sederet Upaya Mendapatkan Air Bersih
Sebelum Sumur Wakaf hadir, menurut Bakri, tiap anak di kedua dusun tersebut harus mengambil air di tengah hutan dengan membawa empat derigen sekaligus.
“Kira-kira seberat 20 kg jika semua dirigen terisi air penuh,” paparnya haru.
Baca juga: Wujudkan Semangat Santri Beribadah, Dompet Dhuafa Bangun Sumur Air Untuk Kehidupan
Menghadirkan sumber air tawar dan bersih di Buano, Maluku, bukanlah hal yang mudah. Sebelumnya sempat dilakukan sederet upaya untuk menemukan air bersih dan tawar, dan membuahkan hasil. Bakri menyatakan, setidaknya terdapat dua upaya yang pernah dilakukan untuk mendapatkan sumber air bersih dan tawar.
Upaya pertama adalah dengan memanfaatkan gravitasi bumi dengan pipanisasi dari sumber air di bukit yang berjarak sejauh 7 km, namun berujung gagal. Upaya kedua adalah kekeliruan assessment lokasi pengeboran sumur oleh suatu lembaga, namun hanya mengalirkan air selama tiga minggu.
“Itu juga airnya kotor, keruh, jadi tak layak dikonsumsi. Akhirnya terbengkalai,” ujar Bakrie.
Raja Buano Selatan, Frangky Nusaaly mengucap terima kasih atas hadirnya Sumur Wakaf di Buano Selatan. Perbedaan yang ada justru menguatkan penduduk Buano untuk saling membantu.
“Bersatu kita utuh, bercerai kita runtuh. Keberadaan sumur wakaf ini perlu kita jaga bersama agar manfaatnya dapat dirasakan seluruh warga,” katanya.
Hal senada juga diungkapkan Raja Buano Utara, Ahmad Nurlette. Ia mengucap rasa syukur atas hadirnya Sumur Wakaf di Buano Utara.
Baca juga: Dompet Dhuafa Bangun Sumur Air untuk Kehidupan bagi Warga Puuwatu Sulawesi Tenggara
“Alhamdulillah kita mencontoh teladan sahabat nabi berupa sumur wakaf di desa kita tercinta,” ucapnya.
Kedua Raja itu juga mengucapkan terima kasih kepada Dompet Dhuafa yang telah menyalurkan Program Sumur Wakaf di Buano. Mereka juga sepakat untuk menjaga bersama sumber air bersih tersebut dan dimanfaatkan seluas-luasnya bagi seluruh masyarakat Buano, sehingga seluruh penduduk Buano tak lagi mengonsumsi air payau.
Wakaf Sebagai Instrumen Strategis Tuk Urai Masalah
Pimpinan Cabang Dompet Dhuafa Maluku, La Januari, turut hadir dalam peresmian Sumur Wakaf tersebut. Dia mengatakan bahwa Sumur Wakaf ini adalah berkat doa warga Buano serta kebaikan pada donatur yang mempercayakan amanahnya kepada Dompet Dhuafa.
“Alhamdulillah, dalam waktu enam bulan sumur wakaf ini jadi,” tuturnya.
Dia juga menyampaikan bahwa instrumen keuangan Islam, yaitu wakaf mampu untuk membangun Maluku dengan mengentaskan pelbagai masalah, salah satunya keterbatasan air bersih.
“Sumur Wakaf ini merupakan persembahan dari donatur bagi masyarakat untuk dimanfaatkan seluas-luasnya. Wakaf itu harus abadi, jadi harus kita jaga bersama,” kata La Januari.
Awal Ramadan, perwakilan Dompet Dhuafa Pusat juga mengucapkan rasa syukur atas direalisasikannya Sumur Wakaf di Maluku. Dia mengimbau untuk terus menggaungkan wakaf dan menerapkannya sebagai gaya hidup agar mampu membantu sesama. Selain itu, wakaf juga menjadi ladang pahala bagi siapa yang menunaikannya.
“Tahan pokoknya, alirkan manfaatnya, itulah wakaf,” ujarnya.
Acara peresmian tersebut lalu ditutup dengan doa bersama. Setelahnya, para hadirin menikmati hidangan dan makan bersama dengan bercengkerama, bercerita tentang kehadiran Sumur Wakaf yang selama ini dinantikan. (Dompet Dhuafa/Wakaf/Hafiz)