BANDUNG, JAWA BARAT — Evakuasi dan transportasi merupakan salah satu bagian penting dalam pelayanan gawat darurat. Evakuasi dan transportasi yang tepat dapat membantu penanganan pasien gawat darurat dengan baik dan memberi dukungan dalam proses penyembuhan. Saat menghadapi keadaan gawat darurat, terkadang pasien memerlukan rujukan untuk bisa mendapat fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih besar. Hal ini dilakukan karena adanya keterbatasan sarana dan prasarana serta sumber daya manusia yang dapat melakukan penanganan definitif pada fasilitas layanan kesehatan dasar.
Untuk itu, dibutuhkan sarana evakuasi dan transportasi yang memadai berupa ambulans yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana layak serta memenuhi standar kesehatan. Ambulans sendiri merupakan kendaraan yang dirancang khusus untuk mengangkut orang sakit atau terluka untuk mendapatkan fasilitas medis. Ambulans juga dilengkapi dengan berbagai perlengkapan dan peralatan kesehatan yang dapat digunakan untuk memberi pertolongan kepada pasien dalam perjalanan.
Pada Senin (17/7/2023), Divisi Kesehatan Dompet Dhuafa menggelar FGD (Focus Group Discussion) Jaringan Sehat Indonesia di Balai Rakyat Indonesia, Desa Tani Dompet Dhuafa, Cibodas, Kabupaten Bandung. Kegiatan ini berlangsung selama 2 hari 1 malam, hingga 18 Juli 2023. Udara dingin dan pemandangan indah pertanian area Desa Tani membuat 50 peserta dari ragam mitra dan relawan kesehatan antusias mengikuti FGD bertajuk “Relawan Respon Darurat Kesehatan (RDK) Terintegerasi dan BerkolaborAksi” ini.
Dalam materi pengantarnya, dr Yeni Purnamasari MKM, selaku General Manager Kesehatan Yayasan Dompet Dhuafa Republika, memaparkan bahwa Respon Darurat Kesehatan (RDK) dari Layanan Kesehatan Cuma-cuma (LKC) telah bertransformasi menjadi jaringan terintegrasi pada jaminan kesehatan bagi masyarakat luas, khususnya duafa yang membutuhkan akses tersebut.
“Jaringan Sehat Indonesia menjadi satu upaya mengintegrasikan jejaring mitra dan relawan kesehatan dalam satu kesatuan gerakan pelayanan gawat darurat dan pemenuhan akses jaminan kesehatan dengan perapihan sistem tata kelola yang profesional, mudah diakses, safety, meningkatkan sebaran, estafet kebaikan dan membantu lebih banyak duafa masyakat yang membutuhkan,” paparnya.
“Dengan adanya jaringan, kita pun memiliki daftar dan terintegritas. Kami juga sedang mengembangkan suatu sistem layanan kegawatdaruratan yang menjadi hotline, agar memudahkan dan menyederhanakan,” tambah dr Yeni.
Baca juga: Bangun Sinergitas Antar Lembaga Melalui Pelatihan Ambulance Gawat Darurat Bacth II
Dilanjutkan paparan dari Kementerian Kesehatan, dr Yayan Gusman MKM, memaparkan materi Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT): Call Center, Sistem Komunikasi Gawat Darurat, Integrasi (National Command Center), dan Fasilitas Pelayanan.
“Korban kecelakaan darat masih menempati urutan pertama tahun 2022, penyakit tertinggi jantung, pun Indonesia wilayah rawan bencana. National Command Center adalah 119. Ya, kedaruratan memang tanggung jawab negara, kita sudah mengupayakan banyak hal juga, namun di luar itu dan di tiap daerah, ada kebijakan tersendiri yang akhirnya juga menentukan aturannya,” jelas dr Yayan.
Dalam gelaran tersebut, Andri selaku Pimpinan Cabang Dompet Dhuafa Jawa Barat dan Juperta Panji selaku Kepala Divisi Filantropi Kesehatan Yayasan Rumah Sehat Terpadu turut hadir membuka FGD. Hadir juga sebagai Narasumber pada sesi diskusi, yaitu P3KD Dinkes DKI memaparkan Tata Kelola Layanan Ambulans dan Jamkeswatch yang memaparkan terkait Advokasi Jaminan Kesehatan Nasional. (Dompet Dhuafa/Dhika Prabowo)