YOGYAKARTA — Pemimpin tidak selalu diartikan dengan sebuah jabatan struktural suatu organisasi. Ia dapat menjelma menjadi kesadaran, kemampuan, dan kepekaan. Tidak selamanya ketua suatu organisasi mempunyai jiwa pemimpin. Terkadang jiwa pemimpin justru dimiliki oleh anak buah dari ketua organisasi tersebut. Maka tidak jarang yang melihat kalau keberhasilan suatu kegiatan atau selesainya suatu konflik tidak dipegang oleh ketua atau pemimpin struktural, melainkan karena seseorang berjiwa pemimpin.
Mengingat pentingnya peran pemimpin tersebut, Dompet Dhuafa Pendidikan melalui lewat salah satu programnya yang bernama BAKTI NUSA (Beasiswa Aktivis Nusantara), melaksanakan pembinaan kepemimpinan bertajuk “Strategic Leadership Training 2.0,” selama tiga hari di Yogyakarta, pada 23-25 November 2018.
Ini merupakan kegiatan kepemimpinan kedua BAKTI NUSA dengan tema “Leadership: Precision and Performance,” yang diikuti oleh 64 mahasiswa Penerima Manfaat (PM) berasal dari 20 kampus di seluruh Indonesia, dengan jenjang semester ke-6. Kegiatan tersebut juga menjadi khas dari BAKTI NUSA untuk melatih dan menyalurkan para aktivis ini agar bisa berkontribusi kepada masyarakat.
“Pembinaan kepemimpinan sendiri merupakan kekhasan dari program BAKTI NUSA. Beasiswa ini secara khusus memang diberikan kepada para aktivis kampus agar mereka dapat memberikan kontribusi terbaik mereka untuk masyarakat. Pembinaan kepemimpinan merupakan suplemen bagi penerima manfaat program tersebut, agar kelak mereka dapat menjadi pemimpin terbaik untuk Indonesia,” jelas Budiyanto, Manager BAKTI NUSA.
Materi dan narasumber yang dihadirkan pun beragam. Menambah warna tersendiri dalam kegiatan tersebut. Sebagian narasumer itu ialah: Ustadz Arif Rahman Hakim dengan materi “Membangun Keluarga, Mengembangkan Masyarakat”; Andi Angger Sutawijaya (Direktur Turun Tangan) menyampaikan workshop “Membuat Project Berdampak Berkelanjutan”; Muhammad Syafi’ie El-Bantanie (Direktur DDP) memaparkan materi “Kepemimpinan Transformatif dan Melayani dalam Perspektif Islam”; dan Muhamad Saepudin, (Supervisor Program Kepemimpinan BAKTI NUSA) dengan materinya yang berjudul “Revitalisasi Gerakan Sosial Wilayah.”
Terakhir mereka dibekali materi tentang manajemen bencana dan psychological first aid, yang merupakan materi tambahan untuk merespon apabila terjadi bencana bersama dengan relawan-relawan kemanusiaan lainnya.
Di kegiatan tersebut, mereka tidak hanya akan duduk manis dan mendengarkan materi-materi yang diberikan oleh narasumber, melainkan diharuskan untuk membuat proyek kepemimpinan secara pribadi maupun sosial di tingkat wilayah, berdasarkan apa yang telah diperoleh selama pelatihan.
Hingga 2018, BAKTI NUSA telah memberikan manfaat kepada 360 mahasiswa yang tersebar di 20 kampus ternama di seluruh Indonesia. Beasiswa tersebut berasal dari dana zakat masyarakat yang dihimpun oleh Dompet Dhuafa, sekaligus menjadi bukti bahwa kebaikan yang dilakukan bersama-sama, dapat membawa dampak yang signifikan. Semoga program tersebut dapat menjadi pemicu untuk memberikan kontribusi yang lebih baik lagi bagi negeri ini. (Dompet Dhuafa/Fajar)